Desember 29, 2005

aku harus pergi sebelum senja menjadi gelap dan malam menikam matahari. ya, aku harus pergi. esok akan kukecup kembali rekah bibirmu. akan kupeluk kembali tubuhmu yang bearoma kenanga. tapi detik ini, aku harus pergi.

"kau tak lagi mencintaiku?" rengekmu.
"tak seorang pun yang kucintai selain engkau!"
"gombal!"

aku mencintaimu, maka aku pergi. inilah cinta yang sesungguhnya. cinta sebenarbenar cinta. harum tubuhmu akan kubawa terus kemana pun aku pergi. hingga esok, akan kudekap kembali jasadmu yang nyata. tapi sekarang, aku harus pergi.

"kau akan kembali?" ucapmu lirih, jemarimu masih erat menggenggam tanganku.
"aku akan kembali untukmu." kukecup keningmu.
"kapan?"
"esok!"
"selalu kau katakan esok. sedang kau tak punya ukuran untuk esokmu. esokmu bisa seminggu, sebulan, setahun. aku tak tahu, juga engkau. untuk itu, kularang engkau pergi lagi. tinggallah disini. di dekatku... selamanya....!"

lelaki harus pergi* tapi ia akan kembali. suatu hari nanti. esok!
kulepaskan seluruh genggaman jemarimu. kuhapus bening airmata di pipimu. kulangkahkan kakiku tanpa menoleh kembali.


"esok, aku akan pulang!"

*) Diambil dari Catatan Perjalanan Asia Gola Gong

Desember 20, 2005

putih bolong

beginilah ketika alam mencoba berteriak dan melawan. sesuatu tiba-tiba menjelma batu. air, pepohonan, tanah dan dedaunan tak lagi ada. semua menjelma batu. hujan batu. lantas adakah yang bisa mengembalikan semuanya? selain kita? pelaku-pelaku kejahatan yang diam-diam telah membunuh seluruh kehidupan. merubahnya menjadi batu.

kitalah pembunuh itu, tuan!

Desember 15, 2005

surat untuk seorang kawan seperjalanan

jika memaafkan terlalu berat bagimu, maka lupakan perjalanan kita satu tahun ke belakang. lupakan semua tentang aku. anggap saja kita tak pernah saling mengenal sebelumnya. dan aku akan berusaha memulai hidup baru, tanpa harus merasa takut tersakiti atau menyakiti.

jika rasa sakit yang kurasakan tak cukup menjadi alasan bagimu untuk memaafkanku yang lancang berbuat sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan, maka sudahi saja kisah (yang entah kita beri nama apa) ini. sudah terlalu banyak kesalahanku di hadapanmu sejak kita saling mengenal. sedangkan kamu, tak pernah sedikit pun membuat kesalahan.

untuk yang terakhir kalinya, maafkan aku!
walau kau mungkin akan tetap membiarkan aku menjadi pesakitan dan pecundang yang picik di hadapanmu.

salam.

Desember 10, 2005

Mungkinkah binatang lebih berkebudayaan?

Wajar kalau pertanyaan di atas muncul begitu saja. Seakan-akan manusia tidak lebih berharga dari binatang. Ya, bukankah sudah banyak terjadi bahwa anak membunuh ayahnya dan ayah memperkosa anaknya? Perbuatan macam itu lebih hina daripada binatang bukan? Itu baru satu sisi saja. Mari kita tinjau sisi yang lainnya.

Tiba-tiba saya harus dihadapkan pada satu kejadian yang sangat dilematis. Di satu sisi, saya tahu bahwa saya sedang melakukan banyak kesalahan. Saya membiarkan diri saya dizalimi secara terang-terangan. Tapi saya tidak bisa melawan. Kalau pun saya memaksakan melawan, maka satu kompi bahkan satu batalyon di belakang saya akan hancur tanpa pernah bisa merasakan hasil dari jerih payah yang selama ini kami lakukan dengan harapan kelak punya kekuatan untuk bisa melawan dengan sepenuh taktik, sepenuh strategi.

Mereka mengatasnamakan kebudayaan dengan cara menzalimi kami yang berada pada kasta paling rendah dalam urutan birokrasi. Saya hanya ingin berkegiatan dengan hati riang gembira, dan kawan-kawan saya pun akan menyepakatinya. Kami cukup bahagia dengan sedikit cemilan dan segelas air mineral. Tidak lebih. Tapi kami cukup bahagia.

Lantas kenapa mereka masih saja mengambil sedikit cemilan itu dengan paksa dari lidah kami? Kami dijambaknya dan apa yang baru akan dikunyah itu lepas dari mulut kami. Kami hanya menemukan remah dari sisa-sisa mereka yang mengatasnamakan kebudayaan.

Anjing!
Terkutuklah mereka yang berada di balik kursi-kursi birokrasi, yang ongkang-ongkang kaki dengan memakan uang korupsi. Anjing! Terkutuklah kalian binatang!


Amin.
Semoga doa orang-orang yang dizalimi ini terkabul, Tuhan!

Desember 04, 2005

Macbeth,
Tragedi Berdarah dan Kerakusan Manusia


Kekuasaan, Harta, dan Perempuan selalu saja berkaitan erat dengan satu bentuk tragedi. Seperti dalam drama yang sengaja saya tonton di Rumentang Siang malam tadi dengan judul Macbeth, begitu jelas, perempuan menjadi otak dibalik kejahatan laki-laki. Saya tidak sedang membela laki-laki, tapi begitulah gambaran drama yang saya tonton dengan sedikit tidak nyaman, karena badan yang remuk-redam sehabis terjatuh.

Yang menarik adalah artistik panggungnya saya pikir. Bagaimana sebuah awalan dari pertunjukan, kita telah diperlihatkan sebuah ilustrasi di balik selembar kain warna putih dengan gambaran dua bayangan yang satu sama lain saling menghunus pedang dan berduel. Gambaran yang memberi semangat saya, bahwa saya takkan menyesal menonton drama ini, yang mungkin akan berlangsung 2-3 jam. Tapi kenyataan terkadang jauh dari harapan. Tragedi yang seakan-akan mencekam tiba-tiba harus terlihat seperti dagelan. Ahhh.. sungguh, aku kecewa dengan permainan Yosef Muldiyana.

Kekuasan itu berdarah. Begitu banyak nyawa yang harus dikorbankan untuk bisa menikmati satu bentuk yang bernama kekuasaan. Dan itu, tidak terlepas dari kondisi bangsa kita saat ini. Begitulah kisah yang dibangun dalam Macbeth. Karya dari Shakespeare yang juga penulis Hamlet dan Romeo and Juliet.

Macbeth, takkan pernah terkalahkan oleh lelaki yang terlahir dari kelamin perempuan! Begitulah Macbeth mencoba mempertahankan kekuasaan sampai titik darah penghabisannya di bawah pedang Macduff.

Selain STB, denger-denger Cassanova juga mau membawakan naskah yang sama pada pementasan yang akan datang. Sungguh, saya tak sabar melihatnya. Bukankah hasil kerja anak muda biasanya lebih menyenangkan? Hahaha.. :D Ayoo, buktikan pada dunia, anak muda lebih cerdas meski nakal!

November 28, 2005

tentang pernikahan dan tahun ketiga

hari ini, genap tiga tahun aku menulis di sini. sebuah rumah sederhana yang terkadang bocor atapnya. tapi aku sungguh merasa rumah ini adalah rumah ternyaman yang aku punya. meski hanya sunyi yang kudapati setiap kali aku membuka pintunya sepulang dari menengok hidup yang terlampau riuh.

di tahun ketiga ini, tiba-tiba aku dihadapkan pada sebuah peristiwa yang menurutku teramat sangat sayang untuk dilewatkan. apalagi kalau bukan sebuah pernikahan. walau menurutku, pernikahan dan kematian berbeda tipis, aku sendiri sampai sekarang masih sulit membedakan di mana letak perbedaannya. kematian, senantiasa diselubungi warna kafan, begitu pun dengan pernikahan. tapi ini bukanlah satu bentuk protes terhadap seorang sahabat yang kemarin melangsungkan pernikahan. bukan sama sekali. ini hanya bentuk perasaan yang mungkin terharu orang bilang, ketika melihat betapa mereka berdua akhirnya duduk juga di kursi pelaminan.

selamat untuk Pramita Gayatri dan Firman Venayaksa,
kata-kata tak akan bisa mewakili kebahagiaanku atas pernikahan kalian berdua.

November 22, 2005

setelah malam ini,
mungkin sunyi makin menjelma
menggenapkan seribu kesakitan

November 10, 2005

aku lagi di ultimus
kulihat hakim, fajar, niki sama seseorang yang baru aku lihat sekarang tengah sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke bromo. aku ingin ikut. tapi sayang, mendadak sekali. huh! coba kalo tahu sebelumnya, kan bisa merampok bank dulu waktu libur lebaran kemarin.

kini, aku cuma bisa melihat mereka dengan rasa iri.
aku pengennn ikuttttttttttttt!

November 03, 2005

kembali,
seluruh keluarga sireum mengucapkan:


Selamat Idul Fitri 1426 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin.


semoga kita bisa bertemu kembali di ramadhan tahun depan!

Oktober 04, 2005

ini ramadhan ketiga

ramadhan ketiga di rumah ini
setiap ramadhan senantiasa memberi nuansa yang berbeda
dua tahun lalu, ramadhanku masih berbau kampus dan bau kota tua
ramadhan kemarin, aku hinggap pada sesuatu bernama toko buku
ramadhan sekarang? adakah nuansa baru akan datang?

ya, akhirnya...
kunikmati juga kesyahduannya.
selamat datang, ramadhan...
aku rindu menyetubuhimu...

BumiAllah, 04 Oktober 2005

seperti biasa, selama satu bulan ke depan, halaman ini akan berpindah ke: Ruang Rindu

September 26, 2005

tuhan,
ruang ini begitu sunyi
dan aku semakin sepi di sini.
dia mungkin sudah lupa.
bahkan Kau?

September 03, 2005

Surat Terbuka untuk Kekasih

Kekasihku...
Duka dan kebahagiaan berkabar layaknya dua sisi mata uang. Begitu cepat berbalik, begitu cepat berubah. Dan aku, berada di antara keduanya. Nasib juga hidup menyeretku pada peristiwa demi peristiwa. Sesuatu yang kelak dinamakan sejarah. Tapi layakkah manusia macam aku menulis sejarahnya sendiri? Saat dunia hanya bisa tertawa atas apa yang aku lakukan? Aku ditertawakan. Dihina dan disingkirkan. Terasing dan Sepi.

Maaf, jika kalimatku ini terlalu emosional untuk dibaca sebagai sebuah surat cinta. Tapi beginilah aku sekarang. Layaknya seekor rusa yang tertembak pemburu, aku terkapar tak berdaya. Hanya bisa meracau dan berteriak-teriak marah, tanpa bisa melawan apa-apa.

Kekasihku,
Aku letih untuk sesuatu bernama perjalanan.

Salam,
Kekasihmu.

Agustus 20, 2005

Image hosted by Photobucket.com
ada yang kenal dengannya?

tentu saja gambar di atas ini bukan gambar pasangan yang tertangkap basah saat mereka berduaan, walau mungkin ada terkesan ke sana. tapi sebentar, saya tidak akan berbicara tentang gambar. tapi tentang dia. ya, dia!

coba perhatikan dengan seksama, lelaki yang bertopi dan berjaket jeans itu. ada yang mengenal lelaki itu? bukan. dia bukan buronan, apalagi penjahat kelamin. hahaha.. dia kawan saya. lelaki yang jauh-jauh datang dari Bali ke Bandung hanya karena ingin nongkrong di Dago sambil menikmati kembang-kembang Bandung dengan berbagai warna dan baunya menghiasi jalanan walau jam di tangan kami sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

gambar itu diambil dua bulan lalu, saat dia mampir ke Bandung sepulang dari Jakarta. saat ini, dia kembali ke Bandung lagi. dan saya lagi-lagi menjadi tuan rumah yang buruk.

jengki, maafkan.
beginilah kami, manusia-manusia pas-pas-an yang hidup di bawah garis kelayakan.

Agustus 12, 2005

pejalankah aku, jika tak ada tapak yang dijejakkan?
ruang dan waktu yang bergerak melindas batin dan otakku,
sementara di sini,
aku tergagap membaca peristiwa yang terjadi.
bantu aku untuk berjalan seperti yang kau kira...
sent: 10.08.2005
20:01

begitulah sebuah sms telah masuk ke dalam inbox hpku.
isinya membuatku terdiam lama. membiarkan seluruh ingatan melesat pada sesuatu yang disebut sebagai masa lalu. begitulah kata-kata. terkadang mereka mampu menenggelamkan kita pada lautan paling dalam dari sebuah rasa.

untuk kamu:
kamu memang pejalan adanya. bergeraklah kemana pun rute dan arah membawamu. dan aku akan tetap memandangmu sebagai pejalan, apa pun yang terjadi.

Agustus 05, 2005

Image hosted by Photobucket.com

jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan.
pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa
ada yang tertinggal. walau hanya sekadar cerita tua.

Juli 31, 2005

sebentar lagi, kekasih!

sebentar lagi, kekasih!
raga ini hanya tinggal rangka,
menyisakan luka tanpa rasa

apa arti hidup yang sesungguhnya?
ketika hari-hari menjadi bom waktu, yang siap meledak kapan saja.
dan kita tak pernah bisa merasakan, sampai dimana bahagia itu ada.
mungkin hidup, tidak menjadi atau dijadikan

iya, tanggal 20 agustus itu sebentar lagi ternyata.
sedang saya masih seperti ini juga.
bersiap-siap melangkah ke tiang gantungan.
dan saat itu, semua orang akan tertawa
atas sebuah kematian konyol dan sia-sia.

anjing!

bunuh saya sekarang juga, tuhan!
hari esok terlalu berat bagi saya.

sebentar lagi, kekasih!
akan aku buktikan,
neraka itu memang panas adanya.

Juli 20, 2005

Image hosted by Photobucket.com

sebuah novel terlahir bukan dari melihat sebuah peristiwa saja. sebuah novel kadang terinspirasi dari sebuah gambar atau lukisan. seperti juga seorang kawan, dia mempunyai ide untuk sebuah novel justru setelah menggambar covernya terlebih dahulu. gambar di atas, adalah gambar dari idenya untuk sebuah novel.

melihat gambarnya saja, saya sudah sangat ingin membaca novelnya.
jadi, kita tunggu kawan saya itu untuk segera menyelesaikannya.

Oke, Menong!
Kami akan setia menunggunya.
Iya kan?

Juni 29, 2005

Image hosted by Photobucket.com
inilah garis nasib itu, kekasih!
sesuatu akan menjelma dalam esok,
sebuah peristiwa sebagai pertanda.
dan katakata tak lagi bermakna.

Mei 24, 2005

sebuah Ode untuk Blogbugs (lagi)

apa yang harus saya katakan kepadamu? bertahun-tahun saya menyelami dunia tanpa asal-usul ini ternyata membuat saya terjebak masuk dalam labirin demi labirinnya. tanpa berharap mengenal atau dikenal siapa pun. tapi dua tahun yang lalu, jalinan yang berkelindan dalam monitor di hadapan saya, membawa saya mengenal nama demi nama, kota demi kota. lantas saya merasa menjadi hidup di dunia tanpa nyawa ini. dunia penuh kata-kata.

dua tahun yang lalu, saya mulai menyapa kamu. juga kamu. juga beberapa nama lain yang sungguh, saya tak pernah bermimpi bahwa suatu saat, saya bisa bertemu dengan mereka semua. tapi di sini, dimana semuanya mempunyai kecepatan cahaya, saya diseret pada pertemuan demi pertemuan. pada perkenalan demi perkenalan. akhirnya, saya juga bertemu dengan kamu. juga kamu. juga beberapa nama lain.

sungguh. apa semua ini harus saya syukuri? atau saya anggap sebagai kutukan? karena setelah hari itu, saya merasa, ada jalinan kuat yang mengikat saya dengan kamu. juga kamu. dan beberapa nama lain juga. ikatan ini membuat saya merasa tidak sendirian di dunia yang hiruk. saya merasa mempunyai banyak teman yang senasib dalam hal keterasingan. bukankah kamu merasa terasing, sehingga memutuskan untuk masuk dalam labirin ini?

bagi saya pribadi, blogbugs atau apa pun tentang blog, adalah sebuah labirin yang menyesatkan. yang mampu membawa saya menyelami banyak hal tentang hidup. entah itu buruk atau tidak. entah itu indah atau tidak. tapi semuanya menyisakan satu hal yang membuat saya merasa ada.

haruskah blogbugs dipangkas habis dan dibiarkan mati karena akarnya tercerabut? saya rasa tak perlu seperti itu. bukankah matahari masih terbit esok pagi? kenapa tak kita cari air untuk menyiram bunga yang terlihat layu di matamu itu?

salam,


sireum hideung.
SELAMAT ULANG TAHUN YANG KETIGA UNTUK BLOGBUGS!
maaf, saya tak bisa memberimu apa-apa, selain kata-kata tak bermakna ini.

April 11, 2005

belajar menyelami kembali

Image hosted by Photobucket.com

apa mungkin aku kurang mendalami? hingga semuanya terkesan buru-buru dan tanpa makna? ini adalah waktu yang tepat untuk mengemas seluruh duka, menghardiknya jauh, dan aku kembali tenggelam di antara lautan kata-kata.

Maret 26, 2005

masih kukembarakan sunyi

masih kukembarakan sunyi ini ke dalam cerukceruk batin
entah sampai kapan. mungkin sampai daundaun itu gugur sendirian
mungkin sampai entah yang paling berantah
sebab sunyi mencekam diri terlampau erat, terlampau kuat

kau memang tak lagi mengerti
tentang degup yang membuat gugup
tentang irama ritmis yang mistis
tentang sunyi yang meruang dalam dada

tak ada sesuatu pun tentangmu selain kesedihan yang berkelindan
membangun jejaring, menggenapkan kesunyian yang paling senyap

malam demi malam berlalu
musim demi musim berganti
tapi masih juga kukembarakan sunyi yang sama.

BumiAllah, 26 maret 2005

Maret 16, 2005

sebuah kado untukmu
:did


anggap saja ini sebuah hadiah
walau aku tahu, katakata kadang tak berguna

kelak,
jika kau temukan sebuah sungai
yang mampu membuat jiwamu tenang
menyelamlah di kedalamannya

kau tentu paham,
langkahku tak tertebak arah angin mana pun
sedang langkahmu adalah rute yang pasti
maka berjalanlah lebih dulu
berbahagialah lebih dulu
tersenyumlah lebih dulu
sebab, kau adalah kebahagiaan bagiku.

selamat ulang tahun!
rumah abadi kita adalah rahim ibu.

BumiAllah, 16 maret 2005.

Maret 12, 2005

akhirnya aku menemukan udara baru
aku kembali bernafas
tanpa sesak, tanpa lesak
aku sudah bisa berteriak nyaring lagi
memaki dunia
memaki kau, lelaki!

Maret 01, 2005

mari kita bicara tentang sepi yang tertunda.
entah berapa lama kita lari dan sembunyi. menyangkal dengan keras, bahwa kau dan aku tak pernah merasa sepi. jujurlah pada hatimu, dan aku akan jujur pada hatiku. kita berjalan terlampau lama dengan matahari terik di atas ubun-ubun. kita terlalu lelah ternyata. sedang sungai itu tak juga kita temukan. perjalanan ini semua dilarung dalam sepi. mungkin itu yang membuat tenaga kita cepat terkuras, habis. tak lagi bersisa selain sepi.

berapa kilometer telah kau dan aku lewati? tak ada yang tahu. hanya sepi demi sepi yang terus berganti, terlewat dari satu sisi ke sisi yang lain. dari satu tikungan ke tikungan yang lain. masih juga sepi yang kau dan aku temui di setiap perempatan jalannya.

senja datang, sepi masih juga ada. menjadi dinding pemisah yang tebal dan tinggi antara kau dan aku. hingga akhirnya langit berganti gelap. malam mengelam. sedang bulan tak kunjung datang. bintang sesekali tersenyum, walau kecut.
sepi.

masih juga sepi yang membuatmu merasa, bahwa aku tak benar-benar ada. bahwa aku hanyalah sesuatu yang datang dari dunia yang tak patut disentuh. bahwa aku adalah wujud yang tak benar-benar mewujud. bahwa aku menjadi penghalang bagimu, tenggelam dalam sepi yang sebenar-benar sepi.

lantas sepi apa yang kau dan aku cari?
bukan. bukan sepi yang ini. ini sepi terlalu riuh. aku hanya ingin sepi yang paling sepi. yang mampu membuatku merasa, dunia telah usai. dan semua orang akan tersadar, seperti bangun dari mimpi buruk yang panjang.

AKU INGIN SEPI YANG ITU!

Februari 24, 2005

luka pertama

baiklah,
akan kuceritakan kepadamu tentang seorang perempuan.
perempuan dengan wajah penuh luka cabikan. tak ada yang tersisa satu inci pun dari wajahnya, semuanya penuh luka. cabikan itu ada yang lewat dari pipi kiri hingga dagu. ada yang menggores sebatas kening. ada yang melintas melewati hidung. ada yang hampir menggaris mata, namun tak jadi. ada yang memanjang dari pelipis kanan sampai pipi. wajah perempuan itu teramat berantakan. kadang-kadang, dari semua luka yang dimilikinya, ada yang masih mengeluarkan darah. pelan, namun pasti. mulanya hanya rembes, membuat luka itu seakan-akan bertambah besar. tapi lama-kelamaan darah menetes juga dari lukanya.

tak ada seorang pun yang tahu, kenapa wajah perempuan itu penuh luka. semua orang hanya mampu menebak-nebak cerita. ada yang mengira, dia terkena kutukan. ada yang menyangka juga kalau dia adalah korban perkosaan. ada juga yang menuduh dia mantan seorang preman. semuanya hanya menduga-duga tanpa pernah berhasil mengetahui apa penyebabnya.

hingga pada sebuah malam, aku baru menyadarinya.
perempuan dengan luka-luka di wajahnya itu bicara sendirian. dia bicara pada malam yang semakin kelam. dia bicara pada hawa dingin yang semakin menusuk. dia bicara pada seribu bintang di angkasa.

bagiku, luka ini tak seberapa. karena aku yakin. esok, kelak. akan ada obat bagi semua luka di wajahku. tapi luka di dada ini mungkin takkan pernah menemukan obatnya. meskipun kau datang untuk meminta maaf, dan kembali memujaku.

siapa kau yang dimaksudnya?
aku semakin menajamkan telinga.
namun tak lagi kudengar kata-kata keluar lagi dari bibirnya yang sebagian rusak karena luka cabikan.

sepuluh tahun setelah itu, aku bertemu lagi dengannya.
perempuan itu terlihat lebih cantik. tanpa luka. tanpa darah yang rembes dan menetes. luka itu kurasa sudah menghilang. aku sungguh penasaran. aku ingin bertanya, tapi ragu. sampai akhirnya kami bertemu pada sebuah persimpangan jalan.

"apa kabar? kau begitu cantik sekarang. lain dengan 10 tahun yang lalu." sapaku penuh rasa penasaran. aku berharap dia mau mengatakan, apa obat yang membuatnya berhasil menghilangkan semua luka di wajahnya. tapi aku benar-benar sangat kaget saat mendengar apa yang dikatakannya kemudian.

"aku memang berhasil menghilangkan semua luka. tapi coba kau lihat ini." dia memperlihatkan pipi kanannya yang selama ini tertutup rambut sebahunya.

aku melihat masih tersisa satu luka di wajahnya. luka yang memanjang dari pelipis kanan sampai ke pipi. lukanya malah terlihat mengeluarkan banyak darah.

"inilah luka dari cinta pertamaku. sampai sekarang, aku tak pernah bisa menyembuhkannya. setiap kali kulewati jalan-jalan tempat masa laluku pernah singgah, luka ini akan semakin bertambah parah. luka ini akan semakin berdarah. luka kedua, ketiga, keempat sampai ke seratus bisa aku sembuhkan. tapi tidak dengan luka pertamaku ini." jawabnya sambil berlalu.

aku hanya mampu tertegun.

Februari 05, 2005

bagiku, cinta sudah mati hari ini.

bukan,
ini bukan sebuah upaya untuk menjadi antagonis dari mereka yang memuja dan mengelu-elukan cinta. bukan. sebab dua hari kemarin pun, saya masih memuja cinta. dengan sepenuh hati, dengan setulus jiwa. hanya saja, peristiwa yang lewat hanya sepersekian detik dalam rutinitas hidup kita ternyata mampu mengubah sebuah pemujaan menjadi sebuah ritual pemakaman.

hari ini, saya telah membunuh cinta dengan kedua tangan saya. tak ada air mata yang perlahan meleleh, melintasi pipi, jatuh ke atas pangkuan. tak ada jeritan mengerikan yang mengiringi kematiannya. semuanya berjalan tanpa ada suara. hanya waktu yang terus berjalan, karena tak ada yang mampu menghentikannya.

cinta?
makhluk semanis itu ternyata lebih manis lagi dalam bentuknya yang sekarang. berupa mayat dan sebentar lagi berubah menjadi artefak. kelak, jika ada yang mengucapkan cinta dengan sungguh-sungguh dan penuh penghayatan di hadapan saya, saya akan melihatnya sebagai artefak yang hidup kembali. zombie dari mummi yang telah lama dikremasi. ahhh...

bagiku, cinta sudah mati hari ini.

Januari 21, 2005

Januari 05, 2005

harusnya sejak awal aku menyadari, bahwa aku memang tak berdaya.
tak berdaya untuk sesuatu yang sesungguhnya aku tidak bisa melawan.
semacam cengkraman yang sulit terlepas. semacam ketakberdayaan
dan aku hanya bisa pasrah.

ini mengerikan.
aku tidak lagi sekuat dulu.
tidak lagi setegar yang kau bayangkan.
aku rapuh dan jatuh.

sekali lagi, ini mengerikan.
andai kau tahu, aku terlampau terluka.
tersayat-sayat dan hampir menjadi mayat.

bila membayangkanmu mampu membuatku tegar,
akan kuhabiskan setiap detikku untuk terus menghadirkanmu dalam ingatan.

Januari 01, 2005

biarlah tahun ini segala luka, duka dan airmata bersatu. tapi tahun esok, semua mimpi dan harapan harus menjadi kenyataan.

SELAMAT TAHUN BARU 2005

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...