Februari 16, 2021

Membaca Novel Babad Kopi Parahyangan


Membaca buku Babad Kopi Parahyangan karya Evi Sri Rezeki membuat saya terlempar jauh ke masa lalu. Menyusuri Parahyangan yang diliputi kegelapan karena pribumi tercekik sistem tanam paksa demi mutiara hitam.

Maka menyesap kopi hari ini adalah juga mengingat bagaimana banyak orang mati demi biji-biji hitam dan rakusnya kaum kompeni. Menindas bukan kata yang pas saya kira. Menghisap darah pribumi rasanya lebih tepat.

Beruntung saya hidup di masa kini. Bisa membaca buku, menikmati kopi, sambil sesekali makan roti. Di masa lalu, mereka menanam tanpa pernah menuai hasil.

Evi, saya kira mampu bertutur dengan bahasa yang jernih. Ada sosok Euis yang membuat saya merasa bahwa perempuan bisa menjadi sosok yang lembut sekaligus kuat. Euis adalah lambang sebuah perlawanan kaum perempuan terhadap ketidakadilan.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...