Desember 31, 2006

selamat hari raya idul adha...
dan selamat tahun baru...
semoga tahun esok penuh dengan kebaikan
amin!

Desember 22, 2006

aku masih akan tetap merasa bersalah jika kamu menulis puisi2 spt itu, aku tau perasaanmu tapi apakah harus larut seperti itu selamanya?

begitulah hidup. terkadang kejujuran yang dianggap bisa menjadi terapi untuk keluar dari sebuah pintu yang gelap menurut saya, tiba-tiba saja dikatakan orang sebagai sesuatu hal yang tidak baik. kenapa tidak baik? karena itu katanya akan membuat seseorang yang lain menjadi sakit. oh ya?

jadi kalau begitu saya harus berpura-pura bahagia? mengatakan kepada dunia bahwa saya baik-baik saja dan merasa sangat bahagia? sehingga seseorang itu tidak lagi akan merasa bersalah tetapi justru sebaliknya? begitu?

saya tak punya apa-apa selain kejujuran. lantas ketika sekarang kejujuran saya membuat seseorang terganggu, saya menjadi berpikir ulang tentang semuanya. atau memang jangan-jangan di dunia ini sudah tak ada lagi kejujuran? sebab kalau kejujuran masih ada? banyak orang yang akan merasa tersakiti?

di negara kita ini demokrasi ternyata hanya omong kosong belaka. bahkan hanya untuk sebuah rasa.
dan hari ini katanya adalah hari ibu. tapi sudah seminggu saya tak melihat wajah ibu. tiba-tiba saja jarak yang hanya beberapa menit membuat saya sesak. saya ingin bertemu ibu. tapi saya tak ingin dia melihat aliran bening menggenang di sudut mata anaknya.

Desember 13, 2006

kini aku tahu...

kini aku tahu, aku hanyalah seonggok dosa dari perjalanan hidupmu pada satu masa. tak ada yang layak dilakukan olehmu padaku selain melupakan. sebab dosa, dia tak harus diingat, apalagi dikenang. segala sesuatu tentangku menjadi begitu buruk. aku adalah segala penyimpangan dari seluruh hidupmu yang dulu baik-baik saja.

ya, kini aku tahu
bagimu aku hanyalah dosa
:sebuah kesalahan yang tak lagi harus dikenali.

Desember 06, 2006

sebagai pelabuhan...

seringkali aku menjadi sangat rapuh setelah melepas sebuah keberangkatan. bagi sebuah pelabuhan, tentu ini tak masuk akal. bukankah dia hanya tahu bahwa ada kapal yang bersiap-siap mengangkat jangkar, bersiap memulai kembali pelayaran?

dulu memang sempat ada kapal yang berjanji melebur jangkarnya di sini. tapi kapal tetaplah kapal, dia berlayar diam-diam setelah tak ditemukannya rasa bahagia dari warna-warni kehidupan yang dicarinya.

sesungguhnya ini bukan hanya persoalan dia kembali berlayar atau tidak. namun janjinya untuk melebur jangkar telah menumbuhkan benih-benih harapan yang lama tak kupedulikan.

begitulah, kapal-kapal terus berlayar, sedang pelabuhan menggigil kedinginan. sesekali ada kapal yang singgah memang. tapi tak begitu lama kapal itu akan kembali berangkat, menyisakan goresan tegas di bibir pantai.

November 07, 2006

hanya lewat

aku menangkap suara hujan di kejauhan
langkahnya membawa serta angin

aku keluar dengan sukacita
kulihat di pundaknya yang basah
berkarungkarung awan sarat kehidupan

aku berteriakteriak memanggilnya
aku ingin dia mampir di tanahtanah gelisah milik kami
duduk sebentar di dahandahan yang meranggas
dan aku berharap dia mau mampir di rambutku yang kering

tapi teriakanku membentur cadas
menguap di panas suhu kota

hujan hanya lewat
dia sudah punya alamat.

07 November 2006

November 05, 2006

ingatan yang kacau dan perjalanan yang kelam

ingatanku kacau sejak seseorang memutuskan untuk pergi
aku seringkali merasa kalau kemarin adalah hari ini
dan hari ini adalah masa lalu
semua peristiwa begitu detail aku ingat, tapi soal waktu
aku angkat tangan

tentang perjalanan yang kelam itu
aku sebetulnya tak ingin menceritakannya. tapi tak bisa
aku seakan diteror untuk terus mengingatnya
meski tak jelas apakah itu kemarin atau kemarinnya lagi

aku berangkat untuk melarung sesuatu, mungkin dosa
mungkin juga bukan. aku tak lagi bisa menafsirnya

sesuatu itu aku larung ke dalam kelam malam
aku menamainya Saga. dia berangkat sendirian
tanpa ada upacara. hanya sesaji seadanya

sungguh, aku ingin berangkat menemaninya
tapi Saga, dia ingin aku tetap hidup
agar dia bisa muncul kapan saja dia mau
menghantui setiap tidur dan bangunku
dia ingin aku merasakan
betapa tersiksa menjadi terbuang dan dilupakan.

Oktober 24, 2006

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H

21.10.2006 23:11
Keluarga besar Muda Wijaya mengucapkan "Minal Aidin wal Faidzin - Mohon Maaf lahir batin - Taqabalallahu minna wa minkum - kullu amin wa antum bi khair."
::Muda Wijaya::

22.10.2006 12:34
Manusia tempat salah+dosa. Tak ada kesucian tanpa maaf. Minal aidin wal faidzin maaf lahir+batin. Taqobalallahu minna wa minkum siyamana wa siyamakum.
::Aen + Suami::

22.10.2006 21:54
Tiada kata seindah zikir. Tiada bulan seindah Ramadhan. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir & bathin. Maafkan segala salah & khilaf. Amien.
::Arie Sekeluarga::

23.10.2006 06:35
Setitik kasih membuat kita sayang. Seucap kata membuat kita percaya. Sekecil luka membuat kita kecewa. Sekecap maaf membuat kita lapang. Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir & batin.
::Lanceng::

23.10.2006 10:19
Mo` lebaran selasa apa senin. Aex&keluarga datang minta dimaapin. Forgive Me birth and soul ya, maap lahir&batin.
::Alex Robert Nainggolan::

23.10.2006 11:48
Berapa maafmu kau jual? Aku bisa beri cek caci maki; atau kau mau tunai, mata balas mata? Bolehlah kubeli. Maafku? Gratislah untukmu. Salam lebaran. Trims.
::Jeff::

23.10.2006 11:53
Ulas pandan pewangi kenduri, harum semerbak jika disimpan... usai ramadhan kita jelang idul fitri, khilaf dan salah mohon dimaafkan. salam.
::Fina Sato::

23.10.2006 12:24
Wida n fam. Met Idul Fitri! Mohon maaf bila kami ada salah ya. (btw, kamu sholat ied hari ini/besok? Kalo besok, gpp ya ucapannya hari ini?)
::Ochi, Sihar, Hans, Irene::

23.10.2006 12:41
Wilujeung boboran siam 1427 H. Neda dihapunten samudaya kalepatan. Minal Aidzin wal Faidzin. Taqabbalallahu mina wa minkum mina taqobal ya karim.
::Neni::

23.10.2006 17:51
Ketika hari kembali baru mari ubah sebongkah khilaf menjadi maaf. Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin.
::Dian Hartati::

23.10.2006 19:15
Tantry Proudly Present: "Sorryday" At: Ur Heart. Date: 1 Syawal 1427H. Htm: Free.. All U Have To Do Is Forgive Me.. Minal Aidzin wal Faidzin...
::Tantry::

23.10.2006 21:39
Walau tangan tak sempat berjabat setidaknya kata masih dapat berucap, "Minal Aidzin wal Faidzin" Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
::Syahfida & Keluarga::

24.10.2006 02:40
Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon Maaf Lahir Batin.
::TS Pinang::

24.10.2006 10:06
Dahan patah jatuh mendua, daunnya gugur kemana-mana. Jika salah selimuti raga, maka maaf yang kupinta. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H.
::Mahwi Air Tawar::

ada banyak sms masuk untuk mengucapkan selamat idul fitri. tapi sungguh, saya tak bisa membalasnya. bukan saja hanya karena tak ada pulsa. tapi saya benar-benar tak bisa mengucapkannya. saya merasa gagal melewati ramadhan ini. ada banyak hal yang tak bisa saya lewati di ramadhan tahun ini, salah satunya adalah memaafkan. sungguh, ini sebuah beban yang teramat berat bagi saya. anda bisa membayangkan, bagaimana rasanya jika anda tak bisa memaafkan diri anda sendiri?

masih banyak lagi sms yang seseorang tujukan untuk saya, ucapan yang sama, dan saya masih juga tak membalasnya. tapi saya tak ingin merusak hari yang berbahagia ini karena kondisi saya yang buruk. untuk itu, lewat postingan ini, saya mengucapkan:

Selamat Idul Fitri 1427 H
Semoga segala salah lebur ke samudera luas pengampunanNya.

September 23, 2006

kujumpai lagi kau di sini

kujumpai lagi kau di sini
meski aku tak tahu, dengan apa aku akan menyambutmu
setiapkali kusiapkan doa panjang
selalu saja ada jeda yang juga panjang

aku tak punya apaapa sekarang
selain ucapan selamat datang
untukmu, ya tentu saja hanya untukmu...

Cemara, 23 September 2006

seperti biasa, selama satu bulan ke depan, halaman ini akan berpindah ke: Ruang Rindu

September 22, 2006

seusai perjalanan

apakah yang orang cari dari perjalanan? bagi saya, perjalanan adalah cara melepaskan diri dari dunia yang selama ini kita hadapi. tapi perjalanan seringkali membawa kita menemukan makna besar di balik hidup yang tengah kita geluti. ketika perjalanan, saya gunakan sebagai cara melepaskan diri dari rutinitas, maka saya dihadapkan dengan rutinitas yang baru sesungguhnya. lantas apakah itu perjalanan?

jujur saja, sampai detik ini saya tak mampu memaknainya dengan cermat. terlalu banyak perjalanan yang saya lakukan. dan saya paling benci mengakhiri perjalanan. tapi semua perjalanan saya harus berakhir pada sebuah pintu yang bernama rumah. lantas saya kembali dijebloskan lagi pada sesuatu bernama rutinitas.

tapi saat ini, lupakan sejenak tentang makna di balik perjalanan. sebab saya hanya ingin bercerita tentang perjalanan saya di minggu-minggu kemarin. empat hari di ranca upas ciwideuy sebagai tukang masak bukanlah hal yang menyedihkan, malah mungkin sebaliknya. tapi yang terjadi pada diri saya saat itu sungguh adalah kesedihan yang luar biasa. saya harus dihadapkan pada realitas bahwa kekerasan, intimidasi, dan apa pun namanya masih saja hidup dan tumbuh subur di negeri ini.

sepulang dari ciwideuy, beberapa hari saya memulihkan energi. tiga malam tanpa tidur sungguh membuat saya letih. sangat letih. tapi dorongan untuk berjalan masih saja kuat, dengan mendadak saya memutuskan untuk berangkat ke jakarta. launching buku puisi JOGJA 5,9 RICHTER telah menarik perhatian saya. saya ingin menghadirinya. walau dengan tubuh yang masih seperti disayat-sayat.

sabtu sore dengan kereta pukul 15.00 saya menuju jakarta. dan inilah pertama kalinya saya naik KRL dengan penumpang seperti ikan sarden. lagi-lagi negeri ini memperlihatkan wajah lebamnya tepat di hadapan saya. saya bertemu banyak penyair malam itu. mendengar mereka membacakan sajaknya. ketika saya akan membacakan sebuah puisi, saya baru sadar, saya sudah kehilangan setengah suara saya. selesai acara, saya dan seorang teman menyempatkan diri nongkrong di TIM sebelum akhirnya kembali ke bandung saat subuh menjelang.

minggu, jam 06.00 pagi saya sudah sampai di bandung lagi. dan malamnya, ketika jam menunjukan pukul 19.30 wib, tubuh saya sudah berada di sebuah kereta ekonomi menuju solo. sampai solo senin pagi. dan senin sorenya tubuh saya sudah berada di jogja. sebuah kota tempat keletihan saya akhirnya bisa tumpah. sungguh, saya tak mengira kalau di jogja-lah saya akan kehilangan semua suara saya diikuti dengan demam tinggi. tapi saya tak ingin menyia-nyiakan waktu saya hanya dengan tidur dan rebahan. untunglah kawan-kawan saya di jogja memberikan banyak kesempatan kepada saya untuk menikmati detik-detik itu dengan bergelas-gelas kopi dan berbatang-batang rokok. mereka membiarkan saya terlibat diskusi-diskusi panjang di malam-malam yang terasa sangat pendek.

rabu malam, kereta kembali membawa saya ke bandung. saya langsung menuju kampus. di kampus beberapa kawan sudah mulai bergerombol lagi. kuliah baru saja akan dimulai kembali. dan saya berharap perjalanan yang saya lakukan akan menjadi obat kebosanan saya menghadapi kampus dan dunianya yang pasti akan sangat membosankan.

konyolnya, ketika saya sudah merasa cukup dengan perjalanan dan saya sudah siap menghadapi sebuah rutinitas, kawan-kawan saya di kampus mengajak saya untuk melakukan lagi sebuah perjalanan kecil. mengunjungi rumah seorang kawan. maka kamis malam, saya bersama kawan-kawan sekelas berangkat ke bogor. kembali ke bandung jumat siang.

dan sekarang, di sinilah saya. di hadapan sebuah komputer. menuliskan semuanya secara acak. seacak ingatan saya. dan apakah ini bisa disebut sebagai akhir dari sebuah perjalanan? saya tak tahu dan tak ingin tahu.

buah batu, 22 september 2006

terima kasih untuk semua orang yang saya temui dalam setiap perjalanan saya. tak ada yang bisa menggantikan pertemuan kita dengan apa pun juga di dunia ini.

Agustus 16, 2006

obituari sebuah rasa

malam ini sepertinya aku akan menulis sesuatu yang agak panjang. meskipun aku belum tahu akan menulis tentang apa. aku sudah kehilangan semuanya. aku juga bahkan sudah mati rasa. aku tak lagi bisa membedakan apa itu kebahagiaan dan kesedihan. aku tak lagi ingat bagaimana cara tertawa atau menangis. harapan, mimpi, masa depan, semuanya tak penting lagi bagiku. sekarang ini tak ada yang penting dan tidak penting. semuanya seperti jalan di tempat. aku membeku untuk waktu yang entah.

ini bukan saja soal kehilangan. tapi ini juga soal bagaimana kita menitipkan kepercayaan. bertahun-tahun aku membangun kerajaan rasa. sebuah dinasti yang tak mungkin terkalahkan oleh suku mana pun juga. aku berhasil membangunnya sampai kukuh. sampai tak lagi bisa tersentuh oleh apa pun. tapi diam-diam, dinasti yang kubangun itu memberontak. kaisarnya ingin melepaskan ikatan dari kerajaan rasa yang selama ini bisa mengikat seluruh unsur dalam sebuah dinasti. lantas apa lagi yang bisa diharapkan dari ini semuanya?

waktu bukanlah ukuran. ketika benang-benang kepercayaan telah diurai diam-diam, maka jahitan sekuat apapun takkan bisa menghalangi hamburan benang yang tercerai-berai. semuanya sudah berakhir bukan? segalanya telah usai. dan kini, aku mungkin akan mengadakan sebuah upacara.

upacara kematian sebuah rasa. akan kulayarkan perahu kecil untuk membawa mayatnya ke laut lepas. dan dengan begitu, aku akan bisa menepati janjiku pada langit, pada bumi, dan padamu tentunya. sebuah janji yang hanya kau dan aku ketahui. sebuah janji yang mungkin menurutmu terlampau berlebihan. tapi ini janjiku. dan aku akan memegang teguh semuanya sampai aku mati.

waktu boleh saja berlalu begitu saja. rasa boleh saja mati begitu saja. tapi sejarah akan mencatat janjiku. seperti juga janjimu yang dulu tercatat dalam memoar perjalanan hidup kita.

cemara, 16 agustus 2006
22:09


*) setelah rasa sakit itu, akhirnya aku bisa menuliskannya.

Agustus 03, 2006

jalanjalan ini menjelma sungai
menghanyutkan aku dari muara kenangan yang dingin.
aku mencari perahu,
tapi yang nampak hanyalah wajahmu.

Juli 15, 2006

aku ingin bertanya padamu

kenapa manusia seringkali cepat melupakan?
memang banyak hal yang begitu cepat berlalu
tapi haruskah sesuatu yang lewat begitu cepat itu
cepat juga lenyap?

Juli 03, 2006

mungkin ini memang tahun paling tragis
:bagi dia yang masih akan tetap hidup dalam jiwa

apa lagi yang harus kukatakan ketika dia memutuskan untuk pergi dan ingin menghilangkan namaku dari jejak perjalanan panjangnya yang akan dilaluinya ke depan?

apa lagikah yang harus kuceritakan kalau dia sudah enggan menjadi bagian dari hidupku?

tak ada lagi yang harus kukatakan saat ini. cukup kau tahu.
aku sakit dan terluka.

dan tak ada lagi yang harus kuceritakan saat ini. sebab kata-kata takkan mampu menggambarkan dalamnya luka yang ditorehkan olehnya tepat di jantungku.

untuk kau lelaki,
terima kasih telah memberiku hadiah ulang tahun
paling mengejutkan.

Juni 24, 2006

BICARA LAGI ANGKA-ANGKA
:lelaki-lelaki juni

bicara lagi angkaangka pada jam dan kalender di atas meja
dikatakannya bahwa senja sebentar lagi tiba
tapi asbak itu masih juga memintal cemas menjadi abu
dan gelas warna biru, masih juga memadatkan kopi menjadi batu

terimalah sunyi ini
sebagai kabar dari gelap paling pengap
sebab tak ada yang bisa dilakukan lagi
selain membaca kematian lewat usia

Bandung, 24 Juni 2006.

Juni 22, 2006

mengeja namamu dalam selembar surat adalah menitip mimpi pada bebatuan di seberang sungai. aku pada akhirnya harus belajar mencatat dingin pada temperatur sunyi yang terluka, sebab tak ada kaidah apapun yang mampu menjelmakan kita menjadi pecinta yang bahagia. karena lagi-lagi, kita hanyalah pejalan di belantara kata.

Juni 16, 2006

perempuan dilarang memaki!


ada baiknya jika seorang perempuan hendak memaki, dia berpikir ulang lagi. sebab bukan saja permasalahannya akan lebih runyam dibanding makian itu sendiri, tapi juga akan memperburuk keadaan, bahkan menyebabkan kematian. perempuan menjadi tidak ekspresif itu soal lain.

pernah dengar suami membentak istri? tentu reaksi istri bungkam seribu bahasa, lantas setelah itu diam-diam dia menangis di dalam kamar, sendirian. ada juga istri yang melawan dengan membentak balik sang suami, tapi ini biasanya akan berakhir dengan tamparan. sangat menyedihkan!

pernah dengar istri membentak suami? dalam soal ini, mungkin atau bahkan sudah bisa dipastikan, suami akan langsung mengeluarkan talak 3. tapi kalau tidak pun, istri akan lagi-lagi mendapat tamparan. lebih menyedihkan!

jadi bagi anda perempuan. silahkan berpikir ulang sebelum memaki.

Juni 12, 2006

diamdiam aku membangun rumah dalam lelapmu
tanpa kau sadari, aku pindahkan satusatu rindu
kurajut menjadi kelambu
tempat kita memeluk kenangan
menjadikannya mimpi dan lelap dalam satu malam

hanya satu malam
seperti juga kemarin
kita tak bisa lama
sebab esok kereta akan berangkat lagi
menyeret tubuhmu pada kota yang yang hiruk itu.

Ultimus, 12 Juni 2006.

Juni 05, 2006

AKSI BLOGGER INDONESIA UNTUK JOGJA


AKSI BLOGGER INDONESIA UNTUK JOGJA



Gempa dengan kekuatan 6 SR telah menggoncang Jogjakarta pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Hingga saat ini estimasi korban meninggal telah mencapai 5000 orang, belum termasuk ribuan orang luka-luka, dan ribuan rumah rusak.

Akankah kita berdiam diri melihat saudara-saudara kita menangis? Sanggupkah kita makan dan tidur dengan nyaman selagi mereka--saudara kita--kelaparan dan kedinginan?

Marilah kita berhenti mengetik dikeyboard dan berhenti tertawa sejenak sambil merenungkan, jika kejadian ini terjadi pada kita ataupun keluarga kita. Mari kita tunjukkan, solidaritas kita mengalahkan jarak dan batasan apapun yang ada di depan mata.

Sisihkanlah beberapa lembar receh dari dompet teman-teman, yang Insya Allah, semoga akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Uang receh seharga sebungkus rokok, sejam billing di warnet, sekaleng minuman soft drink, berapapun itu jumlahnya jika kita gabungkan bersama pasti akan berarti.

Kami sangat mengharapkan partisipasinya. Silahkan klik banner diatas untuk informasi lebih lanjut. Terima kasih.

Mei 27, 2006

antara duka dan bahagia

pagi ini, teman dekat saya sedang melangsungkan pernikahan. saya mengenal kedua pasangan itu sudah hampir lima tahun. sejak saya memilih puisi sebagai kekasih saya. yang berbahagia itu adalah, kawan saya Ujianto Sadewa dan Mena Dewi Lestari. kebahagiaan turut menghiasi hari saya, walau pada akhirnya saya tak bisa menghadirinya karena jarak yang tak bisa kompromi.

sore ini, saya tersentak untuk sebuah berita yang muncul tiba-tiba. sejak pagi saya memang mengunci diri di kamar. saya tidak menyalakan televisi atau radio. sedang surat kabar tak muncul di kamar saya hari ini. baru ketika sore, saat saya berniat sekadar berleha-leha sambil melihat beberapa berita. saya menemukan kenyataan bahwa Yogya terkena gempa dengan skala yang cukup besar. sungguh mengejutkan.

di antara kabar bahagia, masih saja harus ada kabar duka.

Mei 26, 2006

sebuah siang di persimpangan jalan

siang sekali kita berkemas. mengemas sisa pertempuran semalam
aku terburuburu memasukan luka ke dalam dada
kau tak sempat membuang benci yang berserak di atas meja
sprei yang kusut kita biarkan masai
tasku penuh berisi tangisan
ranselmu telah sarat kemarahan
kita memang sempat sarapan
aku memesan kenangan
dan kau lagilagi memesan tuduhan

kita berjalan cepat
seperti mengejar kereta yang sebentar lagi berangkat
kita memang akan berangkat. kau berjalan sedikit di depanku
ingin aku mengejarmu, namun langkah terasa berat

pada sebuah persimpangan kita saling menatap
kau menghentikan bis menuju keriuhan
aku menyetop taksi mencari alamat kesunyian

kita saling menatap untuk terakhir kali
dan tak pernah ada janji untuk bertemu kembali.

Dipati ukur, 25 Mei 2006

Mei 15, 2006

di dalam kamar
:Hafidhin Royan

kita berjabat dalam sunyi paling hening
kau bicara padaku tentang jalan panjang dan kesabaran
tentang airmata yang takkan selesai ditumpahkan
tentang darah yang tetap akan mengalir
menjadi sungai
menuju lautlaut harapan

kau bicara padaku lewat merapi
tentang dada yang siap meledak kapan saja
tentang murka yang disimpan rapi dalam hati
para penduka yang terluka

di sini kamarmu kini
kau bahkan tak berniat membuat pintu atau jendela
kau biarkan kami datang dengan memikul luka yang sama
duka tanpa akhir dari sejarah bangsa kita

di sini kamarmu kini
dan aku takkan membiarkanmu sendirian.

Padasuka, 15 Mei 2006.

April 29, 2006

Potluck, pada Sebuah Sudut

mungkin kau tak pernah tahu
di dadaku ada api yang memercik
menjadi nyala yang berkobar
ada yang terbakar di sana, tapi bukan rasa
mungkin sebuah kata
atau airmata yang menjelma rongsokan kayu

di jalan ini dulu kita pernah menghabiskan berbotolbotol bualan
melemparkan hasrat ke atapatap pertokoan
meski selalu membentur tinggi pagar kecemasan

mungkin kau tak pernah tahu
pada sebuah sudut, aku telah mengulang kembali sebuah upacara
dan aku tak berani masuk pada sunyi yang lain
walau riuh ingatan menyengat begitu kuat

aku menyimpan namamu pada nisan itu
pada gemericik kolam dengan ricik pelan
pada sudut yang kubangun dalam alir waktu
pada perjamuan di akhir bulan.


Potluck, 29 April 2006

Maret 28, 2006

Untuk Mpok Tita,

Selamat atas kelahiran Raras ya!
Dia keponakan pertama milik kami.

Maret 06, 2006

akhirnya hari itu tiba juga, kawan.
sejak lama kau mimpikan hari itu. jauh sebelum dia menyadari bahwa kaulah satu-satunya perempuan yang pantas menjadi pendamping hidupnya.

akhirnya hari itu tiba juga, kawan.
dan kulihat pancaran kebahagiaan di matamu. di matanya. aku beserta tiga puluh orang kawan lain yang datang ke rumahmu turut berbahagia. walau kelak mungkin kebahagiaan ini takkan pernah bisa menuntaskan seribu masalah yang akan datang, menyerbu rumah mungil yang kau bangun dengan lelakimu. tapi kebahagiaan ini mungkin bisa menjadi bekal bagimu untuk melewati seribu kesedihan yang akan menerjang. mencoba memporak-porandakan perahu yang kau dan lelakimu layarkan.

akhirnya hari itu tiba juga, kawan.
semoga doa kami menjadi jalan bagi terbukanya kebahagiaan kalian.

Pabuaran, 05 Maret 2006
oleh-oleh dari pernikahan Aen Trisnawati dan Asep Sopari

Februari 24, 2006

Lelaki,
di riuhmu yang kian lengking
aku menangkap sunyi yang memanjang
adakah mungkin engkau rindu untuk pulang?

sebuah amsal tempat lelaki harus kembali.

Januari 22, 2006

kau tahu? akulah pengkhianat itu!

seperti apa rasanya menjadi pengkhianat? mungkin seperti yang tengah saya rasakan sekarang. saya tidak sedang berbicara tentang sebuah hubungan antara sepasang kekasih yang sedang saling meninggalkan dan merasa saling mengkhianati. tidak sama sekali. saat ini saya sedang berbicara tentang keadaan saya sekarang.

berkhianat terhadap apa?
pertanyaan itu yang tentu akan anda ajukan sebagai seorang pembaca. jika memang semuanya tidak berhubungan dengan sebuah ikatan perjanjian sepasang anak manusia.

jika anda sebagai pembaca mengenal dunia teater, tidak harus sepenuhnya tentu saja. mengenal sekilas bahkan hanya meraba-raba saja, saya yakin anda pun akan mengatakan kepada saya, bahwa saya adalah seorang pengkhianat.

bulan oktober 2005 yang lalu, saya bergabung dalam sebuah garapan. sebut saja nama garapannya adalah Pra Produksi. saya berproses bersama beberapa teman-teman yang lain. setiap hari senin, rabu, dan jumat saya berlatih. mengeksplor gerak, mengeksplor benda yang ada, yang mungkin bisa dipergunakan, mengeksplor teks, sampai mengeksplor instrumen bunyi, suara dan musik. semuanya berjalan perlahan dan tertatih-tatih. beberapa teman saya tumbang, entah itu karena sakit atau bahkan karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. tinggalah kami 10 orang.

saya sudah mulai bisa menikmati suasana latihan ketika memasuki bulan januari sebetulnya. hanya tiba-tiba saja saya dikagetkan dengan sebuah berita bahwa pementasan akan diselenggarakan pada akhir februari, tepat ketika saya akan pergi diklat. mulai saat itu, mimpi buruk menghantui malam-malam saya. sebagai seorang calon aktor, seharusnya saya tetap bertahan dan mempertahankan apa yang selama ini telah saya korbankan. dari mulai rasa bosan dan malas ketika latihan, waktu latihan yang seringkali sampai larut. dan ongkos angkot saat saya akan latihan. semuanya seharusnya menjadi pertimbangan bagi saya untuk tetap bertahan dalam garapan.

TAPI HIDUP ADALAH PILIHAN!
begitu orang mengatakan. dan saya harus memilih tentu saja. kedua-duanya adalah sesuatu yang sangat berarti bagi saya. entah itu diklat, entah itu pementasan. dan bagi sebuah kerja teater, seseorang yang lari dari proses garapan adalah seorang PENGKHIANAT, ketika pementasan masih hitungan bulan. tapi ketika pementasan hanya tinggal hitungan hari, maka seseorang begitu sangat diharapkan kehadirannya, baik sakit bahkan mati sekali pun. sangat sarkas? tentu tidak, begitulah dunia teater. teater adalah dunia yang sangat keras. seorang pecundang seperti saya hanyalah menjadi onak dan duri bagi sebuah grup.

jadi kepadamu, jangan kaget ketika kelak kita berjalan berdua, tiba-tiba ada yang beteriak kepadaku seperti meneriaki seorang maling ayam. mulut mereka mungkin hanya bungkam. tapi mata mereka akan menghunjam dengan tajam dan berteriak sangat lantang: hai kamu sang perempuan pengkhianat, matilah seperti anjing!

Januari 01, 2006

kata pertama tahun ini


ini kalimat pertama yang kutulis di tahun ini. tapi adakah yang membedakan tahun ini dengan tahun lalu? rasanya tak ada. semuanya sama saja bukan?

tapi baiklah, agar semua tak kecewa, maka akan saya ucapkan satu kalimat pembuka, mungkin juga semacam mantra:

Selamat Tahun Baru, Semua!
Semoga harapan anda semua menjadi nyata di tahun ini.


Ahh... kalimat yang terlampau biasa bukan? tapi memang hanya kalimat itu yang saya punya saat ini.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...