November 26, 2008

Cikurai Suatu Ketika
04-06 Juli 2008




Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyatanya mempunyai magnet tersendiri, tiba-tiba saja kami berdelapan sudah berada di terminal Guntur ketika jam menunjukan pukul 02.00 wib. Kami sampai di terminal dan memutuskan untuk mencari tanah yang agak lapang untuk sekadar istirahat. Tanya sana-sini, kami memutuskan untuk mendatangi mesjid terdekat dengan terminal.

Dingin lantai mesjid, angin subuh yang menusuk, membuat saya sedikit menggigil. Saya memutuskan untuk membuka matras, memasuki sleepingbag dan tidur dengan nyenyak. Saya tak tahu teman-teman yang lain melakukan apa setelah saya lelap. Saya hanya merasa butuh memejamkan mata agar besok bisa punya energi untuk naik. Saya terbangun ketika yang lain sudah packing dengan rapi. Ya, saya telat bangun, kalau tidak dibangunkan, mungkin tak akan bangun.

Pagi-pagi kami sarapan. Saat kami tengah sarapan itulah, seseorang menawari kami angkutan umum untuk sampai di pos pemancar. Mereka berjanji akan mengantar kami sampai pos tersebut dengan biaya 10.000 rupiah per-orang. Karena di antara kami belum pernah ada yang ke sana, kami menyepakati saja dengan cepat. Di akhir perjalanan, kami tahu, pilihan kami itu salah besar.

Angkot mulai berjalan membawa tubuh kami menjauh dari terminal. Kami tak berpikir apapun sampai akhirnya saat angkot yang kami tumpangi mau berbelok menuju pemancar, angkot kami dihentikan oleh tukang ojeg. Mereka bilang, tidak boleh ada yang lewat angkutan umum ke sana, jalur itu adalah trayek mereka. Saya dan dua orang teman yang lain turun, kami bicara untuk bisa kompromi. Hasilnya tentu saja nihil, kami tetap harus turun dari angkot, dan naik ojeg mereka. Kami boleh lewat, asal kami memberikan 20.000 rupiah kepada tiap tukang ojeg. Tentu saja itu konyol. Kami akhirnya turun, membayar 10.000 rupiah per-orang kepada supir angkot, dan 20.000 rupiah untuk ojeg. Kami merasa itu jalan terbaik.

Kami naik ojeg berdelapan, melewati rumah penduduk dan perkebunan teh. Ojeg berhenti di pos pemancar. Kami tidak datang berbarengan, jadi untuk yang datang duluan, ada kesempatan untuk melihat-lihat pemancar, numpang pipis, atau hanya sekadar foto-foto. Setelah personil datang semua, kami bersiap, berkeliling untuk berdoa, dan mulai meretas jalan di tengah-tengah perkebunan penduduk.

Kami berjalan sementara debu-debu beterbangan karena angin kencang. Kami memang belum melewati batas hutan. Tanah gembur yang kami injak dengan angin yang kencang membuat perjalanan kami sedikit agak terhambat. Tapi setelah batas hutan dilewati, perjalanan mulai lancar. Sesekali saja kami istirahat untuk makan siang atau sekadar minum dan memakan cemilan. Pos demi pos kami lewati dengan pasti. Sampai akhirnya, tepat pukul 17.00 wib kaki saya menginjak puncak Cikurai dengan ketinggian 2813 mdpl.

Puncak Cikurai begitu indah. Di kaki gunung, desa-desa menghampar, nampak juga Gunung Papandayan dan pegunungan lainnya. Awan-awan itu menjelma menjadi sebuah negeri. Satu persatu dari kami mulai mendirikan tenda. Kami mendirikan tenda di puncak.

Inilah beberapa hasil jepretan dari kawan saya, Idos.


Pos Pemancar dilihat dari batas hutan


Perkebunan teh dilihat dari jalur pendakian


Setelah melewati jalan berdebu dengan angin kencang


Matahari tenggelam dilihat dari puncak Cikurai


Matahari terbit dilihat dari puncak Cikurai


Sendiri


Lautan Awan


Menjejak di Awan


Seluruh Tim (ki-ka) : Andreex, Idos, Ella, Lilis, Pritha, Saya, Anggo, Irfan

Saya tak tahu kapan saya akan menjejak lagi di puncak Cikurai. Melihat matahari terbenam dan terbit di atas sana, merasakan dingin udara. Saya hanya percaya, betapa keindahan alam Indonesia tak kalah dibandingkan negara-negara lain. Saya merasa saya belum benar-benar mengenal Indonesia, negeri saya sendiri.

Catatan ini dibuat atas kerinduan saya pada Cikurai.

Data koordinat :
Stasiun Pemancar : 07º 18′ 27″ - 107º 52′ 92″ - 1460mdpl
Pos 1 : 07º 19′ 01″ - 107º 52′ 37″ - 2066mdpl
Pos 2 : 07º 19′ 17″ - 107º 52′ 26″ - 2244mdpl
Pos 3 : 07º 19′ 32″ - 107º 51′ 98″ - 2539mdpl
Puncak Cikurai : 07º 19′ 25″ - 107º 51′ 40″ - 2813mdpl

gambaran secara singkat:
* berangkat bisa naik bis ke stasiun guntur - garut
* nyampe terminal guntur - garut, kalo ditawarin carter mobil jangan mau
* kalo dirasa perlu, disarankan beli logistik diterminal
* lanjut pake angkot jurusan patrol
* turun di pertigaan arah perkebunan dayeuh manggung
* dari situ pake ojek sampe stasiun pemancar
* gak ada perijinan khusus, kita cuman lapor ke pos petugas security perkebunan teh, lokasinya kelewatan sebelum nyampe pemancar (gratis)
* nyampe pemancar, kebutuhan air dipenuhi disini, bisa minta ke petugas stasiun pemancar
* lama perjalanan sampe puncak sekitar 7-8 jam
* kondisi trek terjal berdebu
* hati2 banyak percabangan
* kondisi di puncak, angin cukup besar jadi siapin tenda sebaik mungkin, lengkapi pasak tambahan bila perlu

kenali negerimu, cintai negerimu

November 24, 2008

kepada mavic

aku ingin kembali ke masa lalu
menunggumu di lantai tiga sebuah gedung tua
memastikan apakah sepedamu yang itu
telah terparkir di bawah sana

lalu kita menghabiskan secangkir kopi bersama
bicara tentang apa saja yang membuat kita tertawa
tentang hari-hari yang seringkali ricuh di tanganmu
dan aku yang seringkali tak bisa membedakan
letak hari ini dan kemarin

aku ingin kembali ke masa lalu
berharap jalanan tak basah oleh hujan
membiarkan sepedamu meluncur
membawa tubuhku, tubuhmu
ke balik malam

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...