September 23, 2006

kujumpai lagi kau di sini

kujumpai lagi kau di sini
meski aku tak tahu, dengan apa aku akan menyambutmu
setiapkali kusiapkan doa panjang
selalu saja ada jeda yang juga panjang

aku tak punya apaapa sekarang
selain ucapan selamat datang
untukmu, ya tentu saja hanya untukmu...

Cemara, 23 September 2006

seperti biasa, selama satu bulan ke depan, halaman ini akan berpindah ke: Ruang Rindu

September 22, 2006

seusai perjalanan

apakah yang orang cari dari perjalanan? bagi saya, perjalanan adalah cara melepaskan diri dari dunia yang selama ini kita hadapi. tapi perjalanan seringkali membawa kita menemukan makna besar di balik hidup yang tengah kita geluti. ketika perjalanan, saya gunakan sebagai cara melepaskan diri dari rutinitas, maka saya dihadapkan dengan rutinitas yang baru sesungguhnya. lantas apakah itu perjalanan?

jujur saja, sampai detik ini saya tak mampu memaknainya dengan cermat. terlalu banyak perjalanan yang saya lakukan. dan saya paling benci mengakhiri perjalanan. tapi semua perjalanan saya harus berakhir pada sebuah pintu yang bernama rumah. lantas saya kembali dijebloskan lagi pada sesuatu bernama rutinitas.

tapi saat ini, lupakan sejenak tentang makna di balik perjalanan. sebab saya hanya ingin bercerita tentang perjalanan saya di minggu-minggu kemarin. empat hari di ranca upas ciwideuy sebagai tukang masak bukanlah hal yang menyedihkan, malah mungkin sebaliknya. tapi yang terjadi pada diri saya saat itu sungguh adalah kesedihan yang luar biasa. saya harus dihadapkan pada realitas bahwa kekerasan, intimidasi, dan apa pun namanya masih saja hidup dan tumbuh subur di negeri ini.

sepulang dari ciwideuy, beberapa hari saya memulihkan energi. tiga malam tanpa tidur sungguh membuat saya letih. sangat letih. tapi dorongan untuk berjalan masih saja kuat, dengan mendadak saya memutuskan untuk berangkat ke jakarta. launching buku puisi JOGJA 5,9 RICHTER telah menarik perhatian saya. saya ingin menghadirinya. walau dengan tubuh yang masih seperti disayat-sayat.

sabtu sore dengan kereta pukul 15.00 saya menuju jakarta. dan inilah pertama kalinya saya naik KRL dengan penumpang seperti ikan sarden. lagi-lagi negeri ini memperlihatkan wajah lebamnya tepat di hadapan saya. saya bertemu banyak penyair malam itu. mendengar mereka membacakan sajaknya. ketika saya akan membacakan sebuah puisi, saya baru sadar, saya sudah kehilangan setengah suara saya. selesai acara, saya dan seorang teman menyempatkan diri nongkrong di TIM sebelum akhirnya kembali ke bandung saat subuh menjelang.

minggu, jam 06.00 pagi saya sudah sampai di bandung lagi. dan malamnya, ketika jam menunjukan pukul 19.30 wib, tubuh saya sudah berada di sebuah kereta ekonomi menuju solo. sampai solo senin pagi. dan senin sorenya tubuh saya sudah berada di jogja. sebuah kota tempat keletihan saya akhirnya bisa tumpah. sungguh, saya tak mengira kalau di jogja-lah saya akan kehilangan semua suara saya diikuti dengan demam tinggi. tapi saya tak ingin menyia-nyiakan waktu saya hanya dengan tidur dan rebahan. untunglah kawan-kawan saya di jogja memberikan banyak kesempatan kepada saya untuk menikmati detik-detik itu dengan bergelas-gelas kopi dan berbatang-batang rokok. mereka membiarkan saya terlibat diskusi-diskusi panjang di malam-malam yang terasa sangat pendek.

rabu malam, kereta kembali membawa saya ke bandung. saya langsung menuju kampus. di kampus beberapa kawan sudah mulai bergerombol lagi. kuliah baru saja akan dimulai kembali. dan saya berharap perjalanan yang saya lakukan akan menjadi obat kebosanan saya menghadapi kampus dan dunianya yang pasti akan sangat membosankan.

konyolnya, ketika saya sudah merasa cukup dengan perjalanan dan saya sudah siap menghadapi sebuah rutinitas, kawan-kawan saya di kampus mengajak saya untuk melakukan lagi sebuah perjalanan kecil. mengunjungi rumah seorang kawan. maka kamis malam, saya bersama kawan-kawan sekelas berangkat ke bogor. kembali ke bandung jumat siang.

dan sekarang, di sinilah saya. di hadapan sebuah komputer. menuliskan semuanya secara acak. seacak ingatan saya. dan apakah ini bisa disebut sebagai akhir dari sebuah perjalanan? saya tak tahu dan tak ingin tahu.

buah batu, 22 september 2006

terima kasih untuk semua orang yang saya temui dalam setiap perjalanan saya. tak ada yang bisa menggantikan pertemuan kita dengan apa pun juga di dunia ini.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...