April 01, 2022

Budaya Remixed: Sebuah Perjalanan Menemukan

 


Apa yang saya pikirkan saat berusia 15 tahun? Rasa-rasanya saat itu hanya pikiran-pikiran sederhana saja. Mau main ke mana sepulang sekolah, bagaimana caranya bisa bolos di mata pelajaran matematika tanpa ketahuan, atau bagaimana caranya bisa mencontek saat ulangan Fisika nanti.

Apakah ada dalam diri saya keinginan untuk menyusun sebuah pemikiran tentang apa itu kebudayaan? Apa itu seni? Apa itu kehidupan? Sama sekali tak ada. Jangankan menyusunnya, terlintas saja tidak.

Berbeda dengan saya saat di usianya, Lil’li Latisha, seorang gadis berusia 15 tahun telah berpikiran jauh ke depan. Pikirannya tentang budaya, seni, jauh melampaui anak seusianya. Lil’li adalah seorang aktor, penari, content creator, dan pemenang Global Winner Rise for the World 2021 di usianya yang masih sangat muda.

Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) di acara Bincang MIMDAN seri ke-5 pada hari Rabu, 30 Maret 2022 pukul 19.30 WIB di akun IG @merjut_indonesia telah menghadirkan Lil’li Latisha sebagai narasumber.



Dari perbincangan yang dipandu oleh Evi Sri Rezeki itulah, saya semakin menyadari bahwa Lil’li bukan saja memiliki visi tentang seni dan kebudayaan, tapi juga dia bisa menyadari di mana tempatnya berdiri hari ini. Dia paham betul bahwa dia terlahir dari dan dengan banyak budaya.

Lil’li menyadari dirinya adalah bagian dari negeri yang bernama Indonesia, maka dia mempelajari sejarah budaya melalui sejarah sebuah tempat. Dia misalnya datang ke Candi Borobudur, belajar membatik, dan belajar beberapa tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Bukan hanya tari tradisional saja. Sejak usia 5 tahun, Lil'li telah belajar tari Balet.

Sebagai keturunan Tionghoa, dia juga mempelajari budaya Tionghoa. Dia merasakan bagaimana lingkungan keluarganya membentuknya sebagai orang Tionghoa. Dia merasakan juga bagaimana Budaya K-POP dan K-Drama menjadi salah satu budaya yang diminati juga oleh masyarakat.

Sebagai Gen-Z, tentu dia juga melakukan apa yang dilakukan anak-anak satu generasinya. Memotret setiap momen melalui handphone-nya, mengunggahnya di Instagram, Facebook, dan Tiktok. Bahkan bersama beberapa teman yang mempunyai minat yang sama, Lil'li membuat konten video untuk channel Youtube. Generasi Z banget, kan?

Dengan melakukan berbagai perjalanan budaya itulah, akhirnya Lil’li memiliki caranya pandangnya sendiri tentang budaya, tentang seni, tentang kehidupan yang sedang dan akan dilaluinya. Dia menamakannya sebagai Budaya Remixed.

Saya berkali-kali berdecak kagum selama bincang Live IG itu berlangsung. Anda mungkin juga akan melakukan hal yang sama seperti saya, saat Anda menonton perbincangan itu, atau lebih jauh lagi, Anda menonton video yang telah Lil’li Latisha buat bersama teman-temannya. Videonya diberi judul Budaya Remixed - Pilot Episode.


Dalam video yang dibuatnya, Lil’li menceritakan bagaimana dirinya seringkali mendapat kecaman (bullying) karena seringkali berbicara dalam Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Di sana juga terlihat, bagaimana langkah Lil’li menghadapi kecaman tersebut bukan dengan balik mengecam, tapi justru melakukan apa yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang yang mengecamnya.

 Lil’li melakukan perjalanan budaya untuk menemukan apa yang sesungguhnya benar-benar ingin dia lakukan di masa depan. Dia kembali  ke masa lalu melalui seni dan budaya yang ditinggalkan dari masa lalu, untuk bisa tegak berdiri hari ini, dan menyongsong hari depan yang gemilang.

Selama perbincangan, saat Evi sebagai host, memberikan pertanyaan demi pertanyaan, Lil’li menjawabnya dengan ringan. Seolah-olah perbincangan soal budaya, seni, kebudayaan, adalah perbincangan keseharian yang asyik dan menarik.

Mungkin itu yang membedakan generasi saya dengan generasi, Lil’li. Internet telah banyak mempengaruhi cara berpikir seseorang, bahkan sebuah generasi. Pengetahuan tidak sulit lagi didapat, tapi justru sebaliknya, melimpah dan murah. Tinggal bagaimana kita memilahnya, untuk mendapatkan apa yang sebetulnya kita butuhkan.


Satu hal yang saya garisbawahi dari perbincangan IG Live Mimdan seri ke-5 itu adalah bahwa Lil’li mengutamakan empati dan adab, dalam segala hal yang berhubungan dengan sesama, baik daring (online) maupun luring (offline).

Kesetaraan, mendapat kesempatan yang sama, adalah impian Lil’li untuk masa depan yang lebih baik. Terima kasih untuk PANDI, karena telah mengadakan Bincang Mimdan bersama Lil’li Latisha. Saya berharap, masih banyak lagi orang-orang seperti Lil’li di luar sana. Sebab di tangan merekalah masa depan Indonesia yang gemilang akan terwujud.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...