Juli 24, 2008

masih di sini

saya masih di depan komputer ketika sms itu masuk ke inbox hp saya. dia bertanya kabar, dan bertanya apakah saya telah membaca sebuah novel, dia menyebut sebuah judul. saya benar-benar tidak tahu judul novel yang disebutnya, tapi dia seolah tak percaya. mungkin konyol, karena dia tahu selama ini pekerjaan saya tidak jauh dari buku. tapi sungguh, hidup saya sedang kacau saat ini. saya tidak peduli pada banyak hal. saya hanya sedang mementingkan diri saya sendiri.

bahkan lebih parah lagi, saya ingin menghabisi diri sendiri, biar tuntas beban hidup. bagaimana mau berpikir sebuah novel baru saja terbit? sama sekali tak terpikir dalam kepala saya. dan malam ini, dia mengingatkan saya pada banyak hal. pada sesuatu yang bernama harapan. meski pada akhirnya saya tak lagi mempercayainya.

dia mengatakan bahwa ada beberapa perempuan yang sedang dekat dan tengah ditaksirnya. sesuatu yang akhir-akhir ini tengah saya hindari. komitmen, hubungan, atau apapun itu namanya, telah membuat saya sakit, berlipat-lipat. membuat saya tak lagi percaya bahwa dalam hidup ada sesuatu yang bernama kebahagiaan. saya tak percaya.

malam ini, saya berharap bisa mendengar suaranya, meski sebentar saja. tapi nyatanya dia sedang tidak ingin diganggu dengan suara yang membawa aroma kesedihan, dia tidak ingin malamnya dihantui oleh segala keluh dan kesah tentang hidup. saya paham, bahwa dia sedang berusaha bangkit dan menantang hidup yang keras ini. saya paham betul.

dan akhirnya, saya masih di sini, di depan monitor, menuliskan kata-kata tak penting ini.

Juli 20, 2008

di sini sepi. begitu sepi.
seperti saat seseorang diamdiam pergi.
hanya ada cermin yang mengirimkan wajahku ke dalam sunyi.

Juli 03, 2008

saya sudah lelah dengan semuanya. sangat lelah. sepertinya, dada saya hampir pecah. seringkali saya ingin membenturkan kepala saya ke tembok, memecahkan semua yang ada di dalamnya. tak ada yang pernah mengerti kenapa seseorang harus terlahir ke dunia dan menanggung beban yang teramat berat. konon katanya ini adalah hukuman, karena adam dan hawa memakan buah terlarang.

jika memang benar dunia ini adalah hukuman, bolehkah saya mengganti hukuman yang tengah saya terima ini dengan kematian? saya sudah tidak sanggup lagi. sungguh!

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...