Januari 22, 2006

kau tahu? akulah pengkhianat itu!

seperti apa rasanya menjadi pengkhianat? mungkin seperti yang tengah saya rasakan sekarang. saya tidak sedang berbicara tentang sebuah hubungan antara sepasang kekasih yang sedang saling meninggalkan dan merasa saling mengkhianati. tidak sama sekali. saat ini saya sedang berbicara tentang keadaan saya sekarang.

berkhianat terhadap apa?
pertanyaan itu yang tentu akan anda ajukan sebagai seorang pembaca. jika memang semuanya tidak berhubungan dengan sebuah ikatan perjanjian sepasang anak manusia.

jika anda sebagai pembaca mengenal dunia teater, tidak harus sepenuhnya tentu saja. mengenal sekilas bahkan hanya meraba-raba saja, saya yakin anda pun akan mengatakan kepada saya, bahwa saya adalah seorang pengkhianat.

bulan oktober 2005 yang lalu, saya bergabung dalam sebuah garapan. sebut saja nama garapannya adalah Pra Produksi. saya berproses bersama beberapa teman-teman yang lain. setiap hari senin, rabu, dan jumat saya berlatih. mengeksplor gerak, mengeksplor benda yang ada, yang mungkin bisa dipergunakan, mengeksplor teks, sampai mengeksplor instrumen bunyi, suara dan musik. semuanya berjalan perlahan dan tertatih-tatih. beberapa teman saya tumbang, entah itu karena sakit atau bahkan karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. tinggalah kami 10 orang.

saya sudah mulai bisa menikmati suasana latihan ketika memasuki bulan januari sebetulnya. hanya tiba-tiba saja saya dikagetkan dengan sebuah berita bahwa pementasan akan diselenggarakan pada akhir februari, tepat ketika saya akan pergi diklat. mulai saat itu, mimpi buruk menghantui malam-malam saya. sebagai seorang calon aktor, seharusnya saya tetap bertahan dan mempertahankan apa yang selama ini telah saya korbankan. dari mulai rasa bosan dan malas ketika latihan, waktu latihan yang seringkali sampai larut. dan ongkos angkot saat saya akan latihan. semuanya seharusnya menjadi pertimbangan bagi saya untuk tetap bertahan dalam garapan.

TAPI HIDUP ADALAH PILIHAN!
begitu orang mengatakan. dan saya harus memilih tentu saja. kedua-duanya adalah sesuatu yang sangat berarti bagi saya. entah itu diklat, entah itu pementasan. dan bagi sebuah kerja teater, seseorang yang lari dari proses garapan adalah seorang PENGKHIANAT, ketika pementasan masih hitungan bulan. tapi ketika pementasan hanya tinggal hitungan hari, maka seseorang begitu sangat diharapkan kehadirannya, baik sakit bahkan mati sekali pun. sangat sarkas? tentu tidak, begitulah dunia teater. teater adalah dunia yang sangat keras. seorang pecundang seperti saya hanyalah menjadi onak dan duri bagi sebuah grup.

jadi kepadamu, jangan kaget ketika kelak kita berjalan berdua, tiba-tiba ada yang beteriak kepadaku seperti meneriaki seorang maling ayam. mulut mereka mungkin hanya bungkam. tapi mata mereka akan menghunjam dengan tajam dan berteriak sangat lantang: hai kamu sang perempuan pengkhianat, matilah seperti anjing!

3 komentar:

Anonim mengatakan...

.

Anonim mengatakan...

dalam sekali cara memandang terhadap diri sendiri. luar biasa.

Anonim mengatakan...

sudahlah kita semua adalah pengkhianat, tapi hati-hati pengkhianat akan dibalas dengan pengkhianatan pula.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...