September 26, 2005

tuhan,
ruang ini begitu sunyi
dan aku semakin sepi di sini.
dia mungkin sudah lupa.
bahkan Kau?

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Tuhan tidak pernah melupakan hambaNya, betapa keras pun kita berupaya menjauh dan melupakanNya.

Anonim mengatakan...

26.09.05 23.45
aku masih menatap nanar jam dinding. Sebentar lagi berganti tanggal.

27.09.05 18.00 - 21.45
manusia-manusia itu berdebat, tergelak, mencela. Seperti pertemuan, sepulangnya juga jabat-jabat tangan. Senyum itu pun mengumbar. 24 orang barangkali.
dddrrrrttt... drrrrttttt... drrrrtttt.... getar ponsel. entah berapa sms yang masuk sejak tengah malam. Untuk ucapan-ucapan.

27.09.05 23.45
Kembali kutatap jam dinding. Lagi-lagi akan berganti hari. Senyap kembali memelukku. Ada ngeri yang menyelinap. Untuk sebuah esok barangkali. Lupa bagaimana menyorotkan senter itu menuju ke sebuah titik.

28.09.05 04.30
Terjaga, aktivitas mulai memburuku. Ahh... piring-piring, sendok, gelas bertumpuk harus ada yang memandikan. Tik tak tuk tik tak tuk. Sarapan harus dimasak. Sreengg-sreeeng-sreeenng... . Byur.

28.09.05 09.38
onlen. menyinggahi seorang teman.
Wida.

Anonim mengatakan...

mungkin kau terlalu cepat menyimpulkan kesunyian pada ruangmu. coba resapi sekali lagi, ada sosoksosok yang selalu bergerak, yang tak mungkin lupa memberimu kebisingan.
dan ingat hidup masih sebuah perjalanan!

Anonim mengatakan...

lupakan semuanya dan lupakan tuhan sejenak masuklah dalam sunyimu rasakan betapa sepinya diri! apa yang kamu rasakan? bahwa itulah kamu adalah benar-benar diri kamu!
bukan orang lain atau siapapun banggalah pada diri tentang ke-Aku-anmu

Anonim mengatakan...

aku mencemburuimu.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...