September 03, 2005

Surat Terbuka untuk Kekasih

Kekasihku...
Duka dan kebahagiaan berkabar layaknya dua sisi mata uang. Begitu cepat berbalik, begitu cepat berubah. Dan aku, berada di antara keduanya. Nasib juga hidup menyeretku pada peristiwa demi peristiwa. Sesuatu yang kelak dinamakan sejarah. Tapi layakkah manusia macam aku menulis sejarahnya sendiri? Saat dunia hanya bisa tertawa atas apa yang aku lakukan? Aku ditertawakan. Dihina dan disingkirkan. Terasing dan Sepi.

Maaf, jika kalimatku ini terlalu emosional untuk dibaca sebagai sebuah surat cinta. Tapi beginilah aku sekarang. Layaknya seekor rusa yang tertembak pemburu, aku terkapar tak berdaya. Hanya bisa meracau dan berteriak-teriak marah, tanpa bisa melawan apa-apa.

Kekasihku,
Aku letih untuk sesuatu bernama perjalanan.

Salam,
Kekasihmu.

7 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahahahahah.....
memang pantas untuk ditertawakan hahahahahah........ stop!
tapi tertawaan orang adalah sejauh mana kita untuk mengerti tentang diri atau orang itu sendiri
cinta tanpa emosional adalah kekosongan perasaan yang tidak berbobot!
kemarahan memang tak pernah akan kalah!
cerita bagus!

Anonim mengatakan...

sejarah?
bukankah kita juga memiliki segumpal sejarah yang usang, yang mungkin lebih layak diremas² serupa koran bekas lalu dilemparkan begitu saja.
Tapi aku masih mengingatnya.

ingat semangkuk di dua buah stasiun? St. Lempuyangan juga St. Jebres. Kamu berpeluh karena pedas.

Letihmu tak kan mengurangi perjalanan, kecuali kalau memang kamu tak lagi bisa mencharge bateremu. LowBat.

+6222.+62271.+62274.+22(?).

Wida Waridah mengatakan...

layung: terkadang cinta itu kosong juga kok. kekosongan cinta membawa seseorang pada satu hakikat ttg hidup.

anonymous: etcaaaaa..! ini pasti etcaaa.. hehehe... siapa lagi yang makan bakso bareng aku di stasiun, kalo bukan kamu? cuma kamu aja, tca ;)

Anonim mengatakan...

hakikat hidup itu omong kosong!
yang ada hanyalah memang kekosongan!
sejarah?
kata om Albert Camus "Matahari malah mengajariku bahwa sejarah bukanlah segalanya"
jd mungkin berjalanlah terus semuak apapun kita pada hidup karena memang hidup itu memuakan!

Anonim mengatakan...

"sejarah?
bukankah kita juga memiliki segumpal sejarah yang usang, yang mungkin lebih layak diremas² serupa koran bekas lalu dilemparkan begitu saja.
Tapi aku masih mengingatnya"

sebagaimana jumpa di persimpangan yang lalu. meski hanya dalam hitungan hari di kotamu. jangan pernah lelah!! atau kau tlah lupa bahwa persimpangan selanjutnya menanti kita???

Anonim mengatakan...

Kadang, aku menatap sebuah huruf 'X' bukan angka '8' di mana, hanya ada sekali pertemuan lalu jauh entah ke mana. Bukan angka '8' yang selalu membentuk perputaran untuk bertemu.

kinanthi sophia ambalika mengatakan...

untai kata yang berasa bagi kekasih.

:) nice blog :) salam kenal

Sam

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...