Juni 18, 2003

reportoar stasiun tua

kini tinggal sunyi yang tertinggal dari sekelumit perbincangan.
desau angin dan rintih pepohonan mengabarkan sebuah kampung
halaman yang terlupakan zaman
bangkubangku menggigil ditinggal bergegas sebuah kepergian.
di sini, orang mencipta jarak. mengubur kenangan pada tiang
tiang dan rel yang ditumbuhi ilalang

perempuan dengan tas merah itu mendekap gelisahnya di batubatu,
memandang jantung kota. menunggu mereka yang tersesat
di keramaian kembali ke asal bayangan

lumut di kepalaku mengabarkan tentang seekor semut yang merindu
iringiringan, jabat tangan dan peluk hangat. betapa secangkir kopi
menjadi artefak dalam aortaku, betapa lampulampu telah mati
sejak lama, betapa rembulan setia menangisi rantingkering di kakiku,
betapa seluruhnya menjadi bisu setelah perjalanan dilarung dalam badai.

BumiAllah, 17 Juni 2003

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...