Juni 14, 2003

rendezvous 8
: w. haryanto


aku jatuh cinta pada puisimu, tapi untuk benarbenar merasai gemetar rindu yang membuncah, serupa gunung yang menyemburkan api dengan begitu sempurna, tak bisa kulakukan. sebab terlalu lama kuendapkan rindu ini pada tanah basah sebuah jurang di kampung tua impian
terlalu sulit kumaknai ini sebagai sebuah kenyataan yang sungguhsungguh terjadi dalam perjalanan hidup yang kulalui

usiaku mencapai pohon kelapa ketika suaramu tak sekedar hurufhuruf yang hanya mampu kubaca. masa remajaku dipenuhi mimpi tentangmu, hingga jadilah aku sebagai penyendiri yang berdiam di lembahlembah sunyi tak bernama

ribuan labalaba membuat jaring dalam mulutku
maka tak sepatah kata rindu pun meluncur
aku masih sibuk berdiskusi dengan sunyi di lorong batinku, ketika kau sedikit demi sedikit memahat kenanagn pada jantungku

engkau adalah sungai yang tenang dengan kedalaman paling kelam
tak mungkin bagiku menyelami jiwamu
meski aku belajar berenang pada ikanikan, belajar menyelam pada batubatu
biarlah aku di sini, di tepi sungai dengan nafas reranting kering
merekam adegan demi adegan untuk kubawa pulang menuju ketiadaan

esok, saat kau menjadi cakrawala
kau akan melihatku menjadi titik paling kecil yang tak berarti apa pun bagi hidupmu yang serupa cahaya.

DKJT, 27 mei 2003

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...