Februari 04, 2013

Catatan Kesedihan


sudah lama saya tidak menceritakan riwayat kesedihan di sini. setelah saya menemukan dia, seseorang yang rela berbagi kehidupannya dengan saya.saya nyaris tidak pernah mengalami kesedihan yang teramat. kesedihan, dia singgah sebagai kesedihan yang sewajarnya. datang, lalu pergi. pamit sebagai sesuatu yang kelak akan datang lagi, lalu pergi lagi. serupa kebahagiaan. tak ada yang benar abadi.

namun akhir-akhir ini, kesedihan, dia begitu setia. berulangkali saya mencoba untuk memintanya pergi, namun dia tetap saja enggan. dia seolah ingin menjadi teman yang siap berbagi apa saja dengan saya. lalu saya, tak bisa menolaknya.

sumber kesedihan?
jika ada seseorang bertanya pada saya, apakah sumber dari segala kesedihan saya? jawabannya hanya satu. saya merasa kaum saya, perempuan, yang konon katanya satu bagian dengan saya dalam sebuah perkumpulan, dia benar-benar tidak peduli pada saya. alih-alih memberikan empati. mereka bahkan membuat ungkapan-ungkapan yang menyakitkan. dan lebih memilih senior mereka daripada memilih berempati pada saya, seorang perempuan, sama halnya seperti mereka.

ah sudahlah. kesedihan, dia masih setia memeluk saya.
biarkan saya memeluknya lebih lama...

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...