November 27, 2003

akhirnya aku harus pergi juga. seperti mimpi-mimpiku tempo hari, seperti kekhawatiranku yang timbul tenggelam dalam bulan-bulan terakhir kemarin.
ya, ini puncaknya. keributanku dengan bapak membuat sebuah kalimat yang sebenarnya sangat tidak diharapkan keluar dari bibirnya: pergi dari rumah ini!

aku tahu bapak menangis di hatinya meski wajahnya merah padam karena amarah. kukemasi pakaian secukupnya, kukemasi ijasah sd sampai sma (meski aku pikir, semuanya percuma saja). kukemasi airmata.. lantas aku pergi. yaa.. tadi pagi aku meninggalkan rumah. dan kini, aku tak tahu kemana aku harus pergi.

aku menelpon beberapa teman, tapi ternyata mereka tak bisa membantu. mungkin momentnya kurang tepat. atau memang mereka sibuk? iyalah.. aku ngerti, ini kan masih lebaran. orang masih saling menabur maaf. dan orang tengah membuka lebar-lebar waktu untuk keluarganya. dan aku? aku bukan siapa-siapa.

kuputuskan untuk berjalan... menyusuri jalanan kota bandung. ini seperti mimpi. biasanya seorang bapak mengusir anak perempuannya karena dia hamil diluar nikah, atau dia tak mau dijodohkan, tapi aku???

sebetulnya sudah lama perselisihan ini terjadi. aku memang anak paling durhaka dibanding semua saudaraku yang lain. setelah berhenti kuliah, bukannya nyari kerja malah diam di rumah tanpa kerjaan yang jelas. mondar-mandir di rumah mungkin membuat bapak naik pitam. tapi bukan itu saja, ahh.. ada beberapa hal yang tak bisa kutulis disini. terlalu rumit.

sekarang, jadilah aku anak alam. atapku langit, dan lantaiku bumi. ahh.. hiperbolis banget ya?

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...