Hari ini Iqbal
ulang tahun. Awalnya, kami ingin berpura-pura lupa bahwa ini adalah hari ulang
tahunnya. Kami akan menjalani hari ini seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi niat
itu cukuplah jadi niat. Sebab sehari sebelum hari ini, Iqbal bertanya, apakah
benar besok adalah hari ulangtahunnya? Kami tak mungkin bisa berbohong. Dan tak
ingin membohonginya. Berbohong dan pura-pura tak mengingat itu jelas dua hal
yang berbeda. Hehehe....
Sejak bulan Juli,
Iqbal selalu bertanya, kapan dia berulang tahun? Kami selalu menjawab, masih
lama. Bulan Juli adalah bulan kelahiran sahabatnya, rumahnya berada tepat di depan
rumah kami. Kami penasaran dan bertanya, kenapa dia melulu bertanya kapan ulang
tahunnya. Iqbal menjawab, dia ingin meniup lilin seperti sahabatnya. Iqbal
ingin kue ulang tahun.
Pertanyaan Iqbal tak pernah berhenti. Sampai seminggu yang
lalu, dia masih bertanya dengan pertanyaan yang sama, kapan dia berulang tahun?
Kami menjawab, sekembalinya saya dari Bandung, ulang tahunnya
sudah dekat. Dan saat saya pulang ke Ciamis di hari Minggu pagi, Iqbal masih
juga melontarkan pertanyaan yang sama. Kapan dia akan ulang tahun?
Saat itu, tanpa berpikir banyak hal, saya menjawab, ulang tahunnya
lima hari lagi. Lalu dia bertanya lagi, apakah dia akan mendapatkan kue
ulangtahun seperti sahabatnya? Lalu apakah dia akan meniup lilin?
Saya sempat ragu menjawabnya. Saya ragu, kami sebagai
orangtuanya bisa memenuhi keinginannya atau tidak. Tapi saat itu, akhirnya saya
jawab juga, bahwa dia akan meniup lilin di atas kue ulang tahunnya.
Sejak hari itu Iqbal
tak pernah bertanya lagi, kapan dia akan berulang tahun. Dan tepat sehari
sebelum ulang tahunnya tiba, dia kembali bertanya, apakah besok benar adalah
ulang tahunnya? Apakah besok saya akan membelikan kue ulang tahun untuknya?
Saya yang pernah menjanjikan
untuknya sebuah kue ulang tahun, tentulah kelimpungan. Jangankan untuk kue
ulang tahun, tempat penyimpanan beras kami, sudah beberapa hari ini kosong.
Pada titik
inilah, saya merasa menjadi orangtua yang gagal. Orang tua yang tak bisa
memberikan kebahagiaan kecil kepada anaknya. Orang tua yang terlalu mudah
memberi janji, tapi lupa menepati.
Malam menjelang
ulang tahunnya, saya berlatih teater dengan ingatan yang kacau. Memikirkan
bagaimana menghadirkan sebuah kue ulang tahun untuk besok. Tentu, saya tak
ingin memberikan hadiah ingatan yang buruk untuk Iqbal di hari ulang tahunnya,
dengan tidak menepati janji saya.
Dan hari ini,
melalui tangan seorang kawan, akhirnya kami bisa menghadirkan sebuah kue ulang
tahun sederhana. Hari ini, di hari ulang tahunnya, Iqbal akhirnya bisa meniup
lilin. Sesuatu yang sejak lama dia nantikan.
Iqbal meniup
lilin disaksikan beberapa temannya. Tak ada kado. Hanya kue. Hanya melingkar.
Iqbal meniup lilin, lalu selepas itu, semua makan kuenya sampai habis.
Selamat enam
tahun, Nak!
Dunia seringkali
memberi kita kejutan.
Ada banyak kado
istimewa di balik setiap kejutannya.
Kelak, kau akan
mengerti, kado-kado itu adalah hadiah langsung dari Tuhan, untukmu. Hanya
untukmu.
2 komentar:
Waah.. selamat ulang tahun ya Iqbal, semoga jadi anak yang sholeh dan jadi kebanggaan orangtuanya, amiin
Terima kasih, Mbak Yuli....
Posting Komentar