September 09, 2016

Ulang Tahun Iqbal


Hari ini Iqbal ulang tahun. Awalnya, kami ingin berpura-pura lupa bahwa ini adalah hari ulang tahunnya. Kami akan menjalani hari ini seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi niat itu cukuplah jadi niat. Sebab sehari sebelum hari ini, Iqbal bertanya, apakah benar besok adalah hari ulangtahunnya? Kami tak mungkin bisa berbohong. Dan tak ingin membohonginya. Berbohong dan pura-pura tak mengingat itu jelas dua hal yang berbeda. Hehehe....

Sejak bulan Juli, Iqbal selalu bertanya, kapan dia berulang tahun? Kami selalu menjawab, masih lama. Bulan Juli adalah bulan kelahiran sahabatnya, rumahnya berada tepat di depan rumah kami. Kami penasaran dan bertanya, kenapa dia melulu bertanya kapan ulang tahunnya. Iqbal menjawab, dia ingin meniup lilin seperti sahabatnya. Iqbal ingin kue ulang tahun.

Pertanyaan Iqbal tak pernah berhenti. Sampai seminggu yang lalu, dia masih bertanya dengan pertanyaan yang sama, kapan dia berulang tahun?

Kami menjawab, sekembalinya saya dari Bandung, ulang tahunnya sudah dekat. Dan saat saya pulang ke Ciamis di hari Minggu pagi, Iqbal masih juga melontarkan pertanyaan yang sama. Kapan dia akan ulang tahun?

Saat itu, tanpa berpikir banyak hal, saya menjawab, ulang tahunnya lima hari lagi. Lalu dia bertanya lagi, apakah dia akan mendapatkan kue ulangtahun seperti sahabatnya? Lalu apakah dia akan meniup lilin?

Saya sempat ragu menjawabnya. Saya ragu, kami sebagai orangtuanya bisa memenuhi keinginannya atau tidak. Tapi saat itu, akhirnya saya jawab juga, bahwa dia akan meniup lilin di atas kue ulang tahunnya.

Sejak hari itu Iqbal tak pernah bertanya lagi, kapan dia akan berulang tahun. Dan tepat sehari sebelum ulang tahunnya tiba, dia kembali bertanya, apakah besok benar adalah ulang tahunnya? Apakah besok saya akan membelikan kue ulang tahun untuknya?

Saya yang pernah menjanjikan untuknya sebuah kue ulang tahun, tentulah kelimpungan. Jangankan untuk kue ulang tahun, tempat penyimpanan beras kami, sudah beberapa hari ini kosong.

Pada titik inilah, saya merasa menjadi orangtua yang gagal. Orang tua yang tak bisa memberikan kebahagiaan kecil kepada anaknya. Orang tua yang terlalu mudah memberi janji, tapi lupa menepati.

Malam menjelang ulang tahunnya, saya berlatih teater dengan ingatan yang kacau. Memikirkan bagaimana menghadirkan sebuah kue ulang tahun untuk besok. Tentu, saya tak ingin memberikan hadiah ingatan yang buruk untuk Iqbal di hari ulang tahunnya, dengan tidak menepati janji saya.

Dan hari ini, melalui tangan seorang kawan, akhirnya kami bisa menghadirkan sebuah kue ulang tahun sederhana. Hari ini, di hari ulang tahunnya, Iqbal akhirnya bisa meniup lilin. Sesuatu yang sejak lama dia nantikan.

Iqbal meniup lilin disaksikan beberapa temannya. Tak ada kado. Hanya kue. Hanya melingkar. Iqbal meniup lilin, lalu selepas itu, semua makan kuenya sampai habis.

Selamat enam tahun, Nak!
Dunia seringkali memberi kita kejutan.
Ada banyak kado istimewa di balik setiap kejutannya.
Kelak, kau akan mengerti, kado-kado itu adalah hadiah langsung dari Tuhan, untukmu. Hanya untukmu.

2 komentar:

yulia yuli mengatakan...

Waah.. selamat ulang tahun ya Iqbal, semoga jadi anak yang sholeh dan jadi kebanggaan orangtuanya, amiin

Wida Waridah mengatakan...

Terima kasih, Mbak Yuli....

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...