Oktober 11, 2008

di balik jendela

saya tak ingin menulis apa-apa lagi, segalanya seperti telah selesai diucapkan, telah selesai dilakukan. maka saya, hanya tinggal duduk, melihat apa yang akan lewat. saya tak begitu paham tentang cuaca juga musim. tapi cukup bagi saya merasa bahwa dunia sebentar lagi tak ada.

dunia saya, dunia yang sudah lama saya tekuni, dunia yang saya perjuangkan di hadapan banyak orang. dunia yang mampu melumpuhkan segala kesadaran. dunia yang saya benci sekaligus saya cintai.

kali ini saya menjelma seorang tua, yang menatap dunianya dari kursi goyang, mencoba mengembalikan ingatan, betapa bahagianya ia dulu, sewaktu tenaga masih ada dan gejolak begitu membara. kini, saya mencoba menerka apa yang dirasakan orang di luar sana.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

maafkan

mungkin jejak katakataku masih membekas pada kesadaranmu
melumpuhkan daya hidup
memadamkan api semangat

maafkanlah
tiada maksud di hatiku
untuk mematikan kekuatan katakatamu
yang selalu kurindukan
adalah katakata yang kau rangkai
menjadi kalimatkalimat, baitbait, dan alineaalinea yang bermakna.

Maafkan aku

Dan aku tetap merindukan katakatamu

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

hmmm....
saya coba memahami tulisan ini..
saya merasakan ada kejenuhan didalamnya... (penafsiran sederhana yang berani saya katakan)
tapi entahlah..

Anonim mengatakan...

whow'

Anonim mengatakan...

alur logikaku searah dengan pendapatnya timur matahari...mungkin lelah sudah melolong. namun, aku suka gaya pengungkapannya...SALUTE buat SIREUM...

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...