Maret 20, 2008

ke arah timur aku pergi

setelah pertarungan kita yang sengit itu, aku harus pergi, sebentar saja. mungkin perjalanan mampu mengembalikan segala keruwetan ini pada muasalnya. agar di antara kita tak akan ada yang saling menyakiti satu dengan yang lain. tapi kalau pun ada, mungkin semesta mempunyai cara menunjukan wajahnya yang lain.

mungkin di sepanjang perjalanan itu, aku akan mengingatmu. mengingat setiap detail pertarungan di malam-malam milik kita. mungkin akan kuingat juga bagaimana tawa sinismu seolah mengejek dan menertawakan aku. mungkin akan kuingat juga lelapmu, sesuatu yang tak pernah bisa kumiliki.

tetapi yang pasti, bau tubuhmu menguntitku. membiarkan dirimu terus hadir di setiap jalan yang kulewati, hingga tak ada cara lain, selain membiarkanmu tetap hadir di sini, dalam jiwaku.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Dan ketika sudah terlalu jauh berjalan, aku bingung dan kehilangan arah, seolah tak mengerti perbedaan antara rumah dan tujuan.

Seolah kini, aku tak tahu lagi ke arah mana berjalan dan hampir lupa dimana rumah untuk pulang.

:)

Anonim mengatakan...

melepasmu ke timur
seperti awal keberangkatanku 153
purnama lalu,
angin tiada berhembus,
pepohon tunduk dalam kesunyiannya,
air tiada ricik,
reranting tiada gemerisik,
takzim dalam segumpal rasa
: kehilangan

Anonim mengatakan...

ah saya lagi deh :D

Anonim mengatakan...

Akhirnya kita bersua lagi ya? Setelah Jakarta dan Bandung. Seperti yang dulu. Kini di kotaku sendiri yang sudah beberapa waktu kutinggalkan. Sayangnya bukan di stasiun tempat persimpangan itu.

*Agaknya Repetoar Stasiun-mu tak berlanjut di sini hehhehehe*

Anonim mengatakan...

poetra : jika kamu sudah lupa peta menuju pulang, biarkan kakimu melangkah, lepaskan segala beban, dan biarkan semesta yang menuntunmu, menuju rumah itu. siapa tahu, rumah itu ada dalam hatimu :)

sang wolk-coholic : ke timur, kelak kita akan mengejar matahari terbit. mengejar hari esok yang baru.

anonymous : saya? siapakah anda? siapakah saya? mari kita berjabat tangan, berkenalan! siapa sih kamu? hehehe...

etca : tapi stasiun, tca. dia selalu menunggu siapa saja, merebahkan diri pada koridornya. pada riuhnya. pada setiap kereta yang akan berangkat. stasiun itu menunggumu, menungguku, menunggu kita.

L. Pralangga mengatakan...

Ke timur.. pergilah menimba ilmu memuaskan dahaga jiwa.. :-)

Kalau sudah kelar.. ke barat yah!
Hugs from West Africa.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...