Mei 23, 2009

tiba-tiba

senja turun perlahan, menyelimuti kampus yang pohonnya tidak serimbun dulu. udung, kawanku yang satu itu, naik ke lantai dua tempatku berada dengan membawa segelas kopi, gelas plastik tepatnya. dia menyalakan rokok, menyeruput kopinya dalam-dalam. aku memperhatikan dia lama sekali. sudah lama kami tidak melakukan banyak hal bersama-sama. dia tentu saja sibuk dengan rutinitasnya yang baru, sebagai seorang sutradara. aku sendiri, sudah lama tidak diam di kampus lama-lama. aku sering datang, tapi secepat mungkin pergi lagi. kampus beberapa bulan terakhir membuatku merasa terpenjara. entah kenapa.

di sini, di lantai dua, sebuah ruangan yang baru saja kami tempati di awal tahun, tempat yang disediakan kampus untuk menjadi ruang berkegiatan kami, mulai kotor, meski memang sudah kotor sejak ditempati, tapi menjadi semakin kotor. ya, dari sekian kepala tak ada yang memikirkan persoalan bersih dan tidak mungkin. termasuk aku. hahaha...

tapi di ruangan ini pula, aku bisa merasakan lagi suasana tahun-tahun awal memasuki kampus. kawan-kawan yang sudah sejak lama bersama-sama, kadang-kadang muncul di sini tiba-tiba, tanpa terduga. dia akan menceritakan aktivitasnya di luar kampus. ya, banyak dari kami sudah jarang ke kampus meski kuliah belum lulus. mungkin ini fase paling buruk sekaligus paling menentukan dari riwayat hidup kami di kampus ini.

senja mulai turun. kopi memasuki tenggorokanku pelan. dan tiba-tiba seseorang menelponku: aku sudah di depan kampus, kaleeee...

itu suara yani, dia datang ke kampus, seperti yang lain juga, tiba-tiba...

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...