November 16, 2004

dari lubuk malam,
bulan menangis untuk rasa kehilanganku


dari lubuk malam, bulan menangis untuk rasa kehilanganku
sebab engkau tak lagi hadir bersama sepi yang setia
melekat pada dua bola matamu

di sebuah kamar, tempat lembaranlembaran cerita
beterbangan, aku tetap tak menemukan harum sunyimu
padahal detikdetik mulai berlari bersama bergeraknya
cuaca mnuju cahaya

dimanakah engkau?
aku menunggumu di persimpangan jalan resah
untuk berbagi kisah duka dalam pekatnya rasa
aku ingin mereguk sepi dari cawan lukamu
meminumnya pada perjamuan malam kita
tapi engkau tak ada

dalam kelam, aku sendiri menekuri hari
mentasbihkan sunyi, mendzikirkan senyap
menunggumu dalam kekhusyuan rindu.

BumiAllah, 16 November 2004 | 01:15

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku kembali menelusuri jejakjejak yang telah tercetak pada kanvas hidup ini. Kutemukan serpihanserpihan yang membawaku kembali padamu, pada kenangan yang telah membatu bersama waktu. Kenangan yang tidak akan pernah beku dalam ingatanku.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...