Januari 07, 2004

menyambut kematian puisi
:untukmu yang berdiam dalam hati

malam lenyap ditelan matahari
sunyi hilang berganti deru rodaroda besi
alur waktu tak pernah beku
seperti kematian yang tak lengah mengintai

kita pun tak berdiam di satu tempat
kau mendobrak kuasa langit atas cinta
melarikan seluruh rindu lewat angin, daun
dan ombak laut. sedang aku masih saja membaca
peta pada tebingtebing yang semakin menjulang
menangkap isyarat, bahwa rindu masih kau
syahadatkan. bahwa kematian hanya akan
mengekalkan cinta

mari siapkan doa dalam cawancawan hati
sebab sebentar lagi puisi akan pergi
menuju tempat paling sunyi, paling sepi
dan kita takkan pernah lagi bernyanyi
memilih diksi atau sekedar memaki
sebab diam lebih berarti.

BumiAllah, 03 januari 2003

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...