hanya kau yang punya jawaban atas hidupmu. atas takdirmu. kaulah yang menentukan ke arah mana perahu akan berlayar. sedang aku masih tetap sebagai dermaga yang sia-sia dalam penantian. aku memang pernah disinggahi banyak perahu, tapi itu dulu. sekarang, setelah satu-satu perahu itu berlalu.. aku hanya dermaga tua yang siap lapuk dimakan waktu, dimakan usia.
aku sudah tak peduli lagi tentang semuanya, karena kini aku hanya mencari satu saja kunci dari hidup: HATI!
aku tak punya hati yang luas, sedang hidup ini butuh hati seluas samudera, selapang langit yang membentang biru. dan aku tak punya itu. maka duniaku terasa sempit dan gelap. melingkarlingkar dalam labirin. dalam ingatan tentang jarak, tentang waktu, tentang usia yang menua, tentang kematian yang menakutkan.
kini aku hanya bisa bersumerah, sekedar mempercayai bahwa doa adalah senjata paling ampuh yang manusia punya. dalam doaku, aku berharap semoga saja akan ada yang membawakan hati seluas lautan.. seluas cakrawala.. seluas mayapada.. ke dalam hidupku. hingga aku tak merasa takut lagi, ketika esok pagi terbangun.. disampingku hanya ada sebuah buku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
putih bolong beginilah ketika alam mencoba berteriak dan melawan. sesuatu tiba-tiba menjelma batu. air, pepohonan, tanah dan dedaunan tak la...
-
memburu nafas berbatu : kepada ibunda tercinta jeritmu memecahkan bulan di jantungku rintihmu merobek malam menjadi serpihan serpihan...
-
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar