Maret 11, 2009

sebuah malam di ciwastra

hujan menderas ketika aku membuka pagar rumahmu. memasuki pintunya aku seolah memasuki ruang yang melulu basah. kamu membuka pintu lantas menatap ke luar, seolah mencoba memahami bahwa guyuran hujan yang membasahi tubuhku tak ubahnya sebagai seorang kawan yang mengantarku sampai depan pintu. aku tergesa-gesa masuk, menjatuhkan ransel, lantas membuka jaket yang kuyup. kamu memberikan baju, memberikan kain, seperti memberi percikan api pada sebatang rokok.

kita duduk di meja makan, satu-satunya tempat bagi kita untuk bercerita tentang apa saja. setelah selesai percakapan, kamu akan memasuki kamar, menghadap laptop, dan aku akan khusyuk membaca kalimat demi kalimat pada lembaran di tanganku sekadar memberi tanda pada kata yang ganjil atau sekadar salah cetak.

kita akan memasuki dunia sunyi, sendiri sendiri. sampai tiba waktunya tempat tidur itu memanggilmu lebih dulu. lantas aku akan menatap matamu yang terpejam itu lama sekali. aku lalu akan mengambil rokok di mejamu, tentu saja bukan rokok kesukaanku, tapi tetap kuambil juga, menyalakannya di luar kamar. lantas menghisapnya dalam-dalam.

malam ini aku tak menyusulmu ke tempat tidur, karena pagi telah memanggilku lagi.

5 komentar:

King Aziz mengatakan...

di luar hujan, dinginnya terbawa hingga ke dalam... kenapa yg tertangkap selalu pengingkaran terhadap keberadaan. kenapa harus selalu berteman senyap, wid?

andai di sana ada satu bintang, mungkin akan ada sepercik kehangatan.

i feel good!

Anonim mengatakan...

iraha pindah ka ciwastra wid ??

uzk mengatakan...

tentang hujan

semalam memang hujan, sireum
tapi bukan hujan yang menidurkan hati
kita terlampau lelah berbincang sepanjang masa
tanpa suara tanpa titik temu

hujan lebat sekali semalam, sireum
tapi hati kita tak sejuk karenanya
dia nyatanya tak bisa mencairkan hati kita

semalam hujan memang, sireum
lebat sekali
tapi kita tetap tak mengerti

hujan semalam lebat sekali, sireum
tapi yang kurasa panas
menyengat

Anonim mengatakan...

sebuah malam ? seonggok pagi ? secuil siang ? sebilah sore ? seperti bukan sebuah sireum...

Afrydha Irma Yuni mengatakan...

berbahagialah saat memasuki dunia sunyi..
karena, disanalah hati kita selalu bernyanyi...

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...