November 15, 2007

pidato bunga-bunga

sudah dua malam berturut-turut saya menyaksikan pertunjukan tari di studio teater stsi bandung, meski sebetulnya belum layak dikatakan sebuah studio karena memang kondisinya yang masih setengah jadi. pertunjukan itu sebetulnya terdiri dari 3 reportoar antara lain, "pidato bunga-bunga", "flight no.12", dan "beras merah". koreografer dari ketiga reportoar ini adalah fitri setyaningsih. pada reportoar yang kedua fitri malah memainkannya sendiri. pertunjukan ini dilaksanakan di 3 kota. dan bandung adalah kota terakhir.

ada hal yang menarik dari 3 reportoar tersebut, yakni perjalanan menemukan tubuh tari, bukan tubuh penari. tubuh yang menurunkan tema-tema personalnya sendiri, begitu katanya. saya bisa menangkap dengan terang bagaimana tubuh-tubuh yang memang bukan penari itu mencoba mencari tubuh tarinya. tapi yang membuat imajinasi saya meloncat-loncat adalah ketika saya menemukan kalimat ini pada leaflet pertunjukan:

Anjing tetangga baru saja berkelahi. Salah satu di antaranya mati. Anjing yang mati lalu dikubur. 2 minggu kemudian, anjing yang membunuh anjing yang lain itu menggali kubur anjing yang sudah mati. Mayatnya sudah tinggal tulang dengan sisa-sisa sedikit daging. Lalu tulangnya dimakan oleh anjing itu. Tubuh anjing yang mati itu sekarang terkubur dalam perut anjing yang membunuhnya. Pagi itu gila sekali rasanya. Kami latihan bersama horor.***

teks tersebut katanya ditulis oleh Afrizal Malna. dan dia, telah berhasil membuat saya mencari-cari tentang apa yang dimaksud horor dalam tulisannya itu pada 3 reportoar yang mereka bawakan. pikiran-pikiran saya seakan-akan ditarik ulur oleh sebuah kekuatan yang saya sendiri tak mampu melihatnya.

di malam kedua, yaitu malam ini, saya akhirnya mengerti, kenapa teks itu dibuat.

(penari: yoyo jewe, yuni wahyuning, media anugrah ayu, ika dewi wulandari, fitri setyaningsih, mimi silmiati. koreografer: fitri setyaningsih. musik: leon delorenzo. kostum: fukamachi rei, caroline rika. lighting: aziz dying. artistik: afrizal malna, hanafi).

3 komentar:

ichal mengatakan...

numpang membaca,
saya juga termangu-mangu membaca tentang "anjing horor" keren!

salam

Anonim mengatakan...

iya, yang nulis teksnya Afrizal Malna, seorang penyair Indonesia. Mungkin karena ditulis oleh seorang penyair, makanya teksnya menjadi begitu kuat.

Langit Sunyi mengatakan...

"....di malam kedua, yaitu malam ini, saya akhirnya mengerti, kenapa teks itu dibuat".

Why...??

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...