rendezvous 8
: w. haryanto
aku jatuh cinta pada puisimu, tapi untuk benarbenar merasai gemetar rindu yang membuncah, serupa gunung yang menyemburkan api dengan begitu sempurna, tak bisa kulakukan. sebab terlalu lama kuendapkan rindu ini pada tanah basah sebuah jurang di kampung tua impian
terlalu sulit kumaknai ini sebagai sebuah kenyataan yang sungguhsungguh terjadi dalam perjalanan hidup yang kulalui
usiaku mencapai pohon kelapa ketika suaramu tak sekedar hurufhuruf yang hanya mampu kubaca. masa remajaku dipenuhi mimpi tentangmu, hingga jadilah aku sebagai penyendiri yang berdiam di lembahlembah sunyi tak bernama
ribuan labalaba membuat jaring dalam mulutku
maka tak sepatah kata rindu pun meluncur
aku masih sibuk berdiskusi dengan sunyi di lorong batinku, ketika kau sedikit demi sedikit memahat kenanagn pada jantungku
engkau adalah sungai yang tenang dengan kedalaman paling kelam
tak mungkin bagiku menyelami jiwamu
meski aku belajar berenang pada ikanikan, belajar menyelam pada batubatu
biarlah aku di sini, di tepi sungai dengan nafas reranting kering
merekam adegan demi adegan untuk kubawa pulang menuju ketiadaan
esok, saat kau menjadi cakrawala
kau akan melihatku menjadi titik paling kecil yang tak berarti apa pun bagi hidupmu yang serupa cahaya.
DKJT, 27 mei 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar