rendezvous 5
: puput amiranti n
engkaulah laut itu, rambutmu menjadi gelombang tersendiri
hanya mampu dibaca angin. sedang aku, hanyalah orang asing.
sendirian di pantai, memandangmu. melupakan kisah tentang
airmata
senyummu adalah doa yang terlantun dari lirih dindingdinding
kamar yang menyimpan perbincangan, sedang aku memilih
menjadi ranjang bisu yang menghantarkanmu kedalam kampung
bawah sadar yang damai
andai saja ada angin yang berhembus lebih kuat ke arahmu
mungkin akan kumasuki kamar, tempat sakramensakramen
dipajang menjadi upacara pembabtisan akan usia dan jarak
tempatmu menyalib puisi pada kertaskertas kosong, tapi cuaca
hanya membuatku menjadi seorang pendosa yang berdoa
di beranda gereja
masih kupandangi ombak di rambutmu, sampai harus kuucapkan
sebuah kata yang kubenci; selamat tinggal
kelak, aku ingin kembali ke pantaimu
memandangmu dari jarak paling lekat.
Gapus, 27 mei 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar