rendezvous 4
: dheny jatmiko
aku datang sebagai layanglayang, berbekal hembus angin
tepat menuju kotamu. maka aku akan pergi
ketika hembus angin berbalik arah, mengembalikanku
ke asal bayangan, engkau pun bercerita tentang nama
nama yang telah lama kutahu
tapi aku tak pernah benarbenar mengenalnya
puisimu nyata, tak sekedar hurufhuruf
adalah laut dengan ombak meradang. aku yakin,
kau belumlah mampu memaknai
seutuh sunyi dalam labirin malam. kisah demi kisah
kita larung menjadi penggalanpenggalan sejarah dalam kepalaku
aku menjadi rabun tentang hutan cemara
yang menyimpan masa silamku. ada yang terhempas
saat kusadari aku sendirian di sini. menyusuri jalanjalan asing
dengan seribu mimpi tak usaiusai.
aku merasa asing di sini.
surabaya, 26 mei 2003
rendezvouz 3
: ribut wijoto
ini serupa mimpi, tapi kau telah benarbenar hadir dalam malam yang melelahkan. kotamu telah menjadi hilir yang menerima jasadku dari muara nun jauh di sana. muara tempatku mengalirkan letih tak lagi menerimaku sebagai seseorang yang sakit
ya, akulah si sakit yang membawa luka sepanjang hidup masih bergulir
engkau mungkin paham, sebagai pesakitan, aku tak mungkin membawa kabar gembira. seperti malammalam yang lalu, aku selalu menjadi stasiun yang sepi
di matamu, aku melukis danau. warna biru pada permukaannya kuambil dari laut yang gelombangnya menghempas jantung
di hatimu, kutemukan padang rerumputan yang lapang dan aku berteduh di bawah rindang pepohonan dalam jiwamu
setelah hari ini, aku masih akan merindu perbincangan tepat di jalanjalan kotamu. sebagai pejalan yang memikul luka sendiri, aku iri dengan hariharimu yang mencipta puisi dari langkah kaki sendiri
di kotamu, kutemukan makna puisi seutuhnya.
Surabaya, 26 mei 2003
rendezvous 2
: didik
kotamu adalah dunia baru tak tersentuh kakiku, seperti anak kecil yang hilang dalam keramaian pasar. aku linglung dalam ketidaktahuan
mataku nyalang, mencoba menemukan sosokmu yang entah
kau, dengan senyummu telah menjadi ibu bagi rasa cemasku
aku menghambur dalam peluk hangat sebuah jabat tangan
inilah kota impian, tempat masa lalu pernah singgah mengabarkan sebuah nama yang masih juga samar dalam pandangan
kau tuntun aku menuju tempatnya tetirah
sebagai seorang yang berjalan di kesunyian
yang mencair seperti cahaya, atau mungkin serupa bayangan
kau tuntun aku menuju kepastian. menemukan kembali mimpi yang telah lama terkubur dalam rutinitas hidup berkubang kebosanan
telah kau tuntun aku mencium harum kotamu
yang akan menyimpan jejak, menggoreskan kenangan
suatu saat, ketika yang kudengar hanya puisi.
Stasiun gubeng, 26 mei 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar