menyambut kematian puisi
:untukmu yang berdiam dalam hati
malam lenyap ditelan matahari
sunyi hilang berganti deru rodaroda besi
alur waktu tak pernah beku
seperti kematian yang tak lengah mengintai
kita pun tak berdiam di satu tempat
kau mendobrak kuasa langit atas cinta
melarikan seluruh rindu lewat angin, daun
dan ombak laut. sedang aku masih saja membaca
peta pada tebingtebing yang semakin menjulang
menangkap isyarat, bahwa rindu masih kau
syahadatkan. bahwa kematian hanya akan
mengekalkan cinta
mari siapkan doa dalam cawancawan hati
sebab sebentar lagi puisi akan pergi
menuju tempat paling sunyi, paling sepi
dan kita takkan pernah lagi bernyanyi
memilih diksi atau sekedar memaki
sebab diam lebih berarti.
BumiAllah, 03 januari 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar