memburu nafas berbatu
: kepada ibunda tercinta
jeritmu memecahkan bulan di jantungku
rintihmu merobek malam menjadi serpihan
serpihan gelap yang menyayat. ragamu koyak
sedang aku hanya menggapai kekosongan
menyempurnakan luka lantas airmata membeku
hanya menjadi igau dan racau
kanker itu mungkin telah menjalar ke tengkuk
seiring teriak hampamu memanggil seluruh penghuni
kubur keluarga
jangan pergi...
aku belum sempat membuatmu tersenyum bangga
hanya luka dan duka yang kunarasikan sepanjang masa
jangan pergi...
berikan sedetik lagi untukku
agar bisa kupersembahkan bakti paling purba
- mencium telapak kakimu adalah menghirup wangi surga
biarkan aku memikul seluruh lukamu agar tak kudengar
rintih dan jeritmu yang menghancurkan langit dan bumi
di dadaku
biarkan kucumbu engkau sebagai seseorang
yang pernah singgah di rahimmu
jangan pergi...
hanya padamu kuterjemahkan makna cinta seutuhnya.
07 november 2003
gemetar tanganku menulis kalimat demi kalimat itu. dada seakan sesak. benar-benar tak bisa terbayangkan, jika benar terjadi bahwa orang yang tengah tergolek di tempat tidur itu takkan bangun kembali. hampir saja airmata menetes. tapi rintihnya membuatku lantas mendekapnya erat, sangat erat.
telah kukecewakan seorang ibu, masih pantaskah aku menjadi seorang anak?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
negeri di atas awan itu, katon! dulu, saya tak percaya ada negeri di atas awan, meski berulang kali saya mendengarkan lagu milik katon bagas...
-
putih bolong beginilah ketika alam mencoba berteriak dan melawan. sesuatu tiba-tiba menjelma batu. air, pepohonan, tanah dan dedaunan tak la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar