seperti biasa, aku menunggumu di kamar ini
entah berapa ribu langkah waktu telah berlari
namun tiktak itu tak pernah lelah. lantai beku
dan kalender membatu berhasil mengirim
kesepian yang purba untuk terus kurayakan
kehadirannya
sisa sepi dalam gelas serta piring kotor itu telah
mengatakannya, engkau pergi dan akan kembali
esok atau lusa
di sini, kaki rapuhku menjelma akar pohon
jutaan tahun. menancap dalam. sedang tanganku
menjelma rantingranting, menyentuh setiap inci
yang tertinggal
hanya sepi dan sekerat luka yang tertinggal di sini
namun seperti biasa, aku menunggumu di kamar ini.
BumiAllah, 19 maret 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
negeri di atas awan itu, katon! dulu, saya tak percaya ada negeri di atas awan, meski berulang kali saya mendengarkan lagu milik katon bagas...
-
putih bolong beginilah ketika alam mencoba berteriak dan melawan. sesuatu tiba-tiba menjelma batu. air, pepohonan, tanah dan dedaunan tak la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar