dari lubuk malam,
bulan menangis untuk rasa kehilanganku
dari lubuk malam, bulan menangis untuk rasa kehilanganku
sebab engkau tak lagi hadir bersama sepi yang setia
melekat pada dua bola matamu
di sebuah kamar, tempat lembaranlembaran cerita
beterbangan, aku tetap tak menemukan harum sunyimu
padahal detikdetik mulai berlari bersama bergeraknya
cuaca mnuju cahaya
dimanakah engkau?
aku menunggumu di persimpangan jalan resah
untuk berbagi kisah duka dalam pekatnya rasa
aku ingin mereguk sepi dari cawan lukamu
meminumnya pada perjamuan malam kita
tapi engkau tak ada
dalam kelam, aku sendiri menekuri hari
mentasbihkan sunyi, mendzikirkan senyap
menunggumu dalam kekhusyuan rindu.
BumiAllah, 16 November 2004 | 01:15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
1 komentar:
Aku kembali menelusuri jejakjejak yang telah tercetak pada kanvas hidup ini. Kutemukan serpihanserpihan yang membawaku kembali padamu, pada kenangan yang telah membatu bersama waktu. Kenangan yang tidak akan pernah beku dalam ingatanku.
Posting Komentar