dulu, saya tak percaya ada negeri di atas awan, meski berulang kali saya mendengarkan lagu milik katon bagaskara. tapi sejak saya menginjakkan kaki di puncak merbabu, dan berkali-kali setelah itu berjalan memasuki lebat pepohonan dan mencoba menikmati alam dengan berbagai rintangan yang mau tidak mau membuat saya perlahan-lahan memahami, bahwa negeri di atas awan itu nyata adanya.
ketika bumi lebih tinggi dari awan dan langit terasa lebih dekat dari jangkauan, saat itulah saya seringkali merasa bahwa saya begitu kerdil. kerlip cahaya dari perkampungan di kaki gunung lebih nampak serupa kunang-kunang. saya tidak sedang di manhattan, tapi lampu-lampu itu pun, menjelma seribu kunang-kunang di dasar lembah. jauh, sangat jauh dari jangkauan.
malam semakin larut, udara semakin menekan, saya menggigil, dan saat itulah saya semakin menyadari, betapa saya tak berarti sama sekali. saya hanyalah pemilik tubuh yang rapuh, tak berdaya apa-apa. sepersekian derajat lagi dingin itu memburu tubuh saya, maka mampuslah saya. tapi malam itu, alam masih berbaik hati, suhu dingin itu, tidak sampai membunuh saya. seorang kawan berteriak di luar tenda, "sudah pukul empat, bangunlah, kita sambut matahari pagi!"
saya pun menggeliat dari dalam tenda, lantas bersiap menyambut matahari pagi. merasakan nikmatnya hidup di dalam negeri atas awan.
catatan dari trip slamet, 16-18 mei 2008
ketika bumi lebih tinggi dari awan dan langit terasa lebih dekat dari jangkauan, saat itulah saya seringkali merasa bahwa saya begitu kerdil. kerlip cahaya dari perkampungan di kaki gunung lebih nampak serupa kunang-kunang. saya tidak sedang di manhattan, tapi lampu-lampu itu pun, menjelma seribu kunang-kunang di dasar lembah. jauh, sangat jauh dari jangkauan.
malam semakin larut, udara semakin menekan, saya menggigil, dan saat itulah saya semakin menyadari, betapa saya tak berarti sama sekali. saya hanyalah pemilik tubuh yang rapuh, tak berdaya apa-apa. sepersekian derajat lagi dingin itu memburu tubuh saya, maka mampuslah saya. tapi malam itu, alam masih berbaik hati, suhu dingin itu, tidak sampai membunuh saya. seorang kawan berteriak di luar tenda, "sudah pukul empat, bangunlah, kita sambut matahari pagi!"
saya pun menggeliat dari dalam tenda, lantas bersiap menyambut matahari pagi. merasakan nikmatnya hidup di dalam negeri atas awan.
catatan dari trip slamet, 16-18 mei 2008
9 komentar:
ah.....negeri diatas awan
setelah bertempur melawan ganasnya alam, terbayarlah semua pengorbanan itu
tunggu aku kembali...
kunikmati juga alam itu lewat tubuhmu.
hari ini kulihat...
idos belajar jadi penyair...
Ketemu bulan ga ?
Mungkin perasaan khawatir itu tiada memerlukan alasan.
kini, kau ke barat
bersama angin juni
ayunan langkahmu memulai
sebuah petualangan baru
dengan orangorang baru
pikiranpikiran baru
harapanharapan baru
dan juga rasarasa baru
ke barat,
ke barat arahmu kini
ayunan langkahmu terjejak
di bilurbilur kehilangan
di ruangruang rinduku
di perihperih sepi hati
dan juga di gigir harihariku
seperti keberangkatanmu ke timur
satu purnama lalu
aku masih tetap
takzim dalam segumpal rasa
: kehilangan
Romantis sekali ini ;D
Negeri diatas awan.. ternyata seindah seperti digambarkan dalam dongeng itu..
brrr kabayang eta tirisna...
negeri di atas awan! walau dalam logika tak mungkin ada, tapi mendengar lagu katon perasaan jadi damai. suatu saat aq akan ke negeri atas awan dimanapun tempatnya^_^
Posting Komentar