hidup seperti mendaki gunung, katamu. aku mempercayainya. kita bertemu pada sebuah persimpangan, lantas tiba-tiba sebuah keadaan memaksa kita untuk terus berjalan bersama. melewati terjal bebatuan, melewati turunan yang curam, melewati deras arus sungai, melewati semuanya, hingga kelak, sebuah puncak kita gapai.
puncak itu memang sudah nampak, tapi sesuatu seperti memaksaku berpikir ulang, berjalan di jalan yang ini, atau berubah haluan? aku tak tahu bagaimana aku tanpamu. tapi sungguh, jika pun berjalan bersamamu seperti sekarang ini, aku tak yakin, puncak yang kita tuju itu sama.
saat inilah baru kusadari, aku tak pernah punya tujuan. puncak yang kulihat selama ini seperti mengabur, dan aku kehilangan koordinat. ada kamu di sampingku, tapi aku tak tahu tujuanmu kemana. aku hanya takut tak pernah bisa benar-benar menemukan tujuanku sendiri.
maka ijinkan aku untuk berjalan sendiri. menyusun peta sendiri.
puncak itu memang sudah nampak, tapi sesuatu seperti memaksaku berpikir ulang, berjalan di jalan yang ini, atau berubah haluan? aku tak tahu bagaimana aku tanpamu. tapi sungguh, jika pun berjalan bersamamu seperti sekarang ini, aku tak yakin, puncak yang kita tuju itu sama.
saat inilah baru kusadari, aku tak pernah punya tujuan. puncak yang kulihat selama ini seperti mengabur, dan aku kehilangan koordinat. ada kamu di sampingku, tapi aku tak tahu tujuanmu kemana. aku hanya takut tak pernah bisa benar-benar menemukan tujuanku sendiri.
maka ijinkan aku untuk berjalan sendiri. menyusun peta sendiri.
8 komentar:
tengah malam kau menulis begini....
aku ingin berbincang barang sejenak...
"nona"
anonymous : "nona", jika memang ingin berbincang, tinggalkan sebuah alamat, mungkin email, mungkin id-YM, agar saya tidak sulit menemukanmu.
sepagi dini kau menuju puncak?
maka izinkanlah aku untuk kembali memanggil namamu, walau lidah ini terasa kelu.
kita berpisah disini dulu ya...,
semoga bertemu dikehidupan yg lain,
tidak ada cerita lain,
tidak ada yg lain2,
selain kita...
dari satu titik persimpangan ke titik persimpangan lain, ada segaris tipis luka tergores. kadang kita tidak menyadari, kadang kita alpa, hingga luka itu mengalami infeksi. hari ke hari, waktu ke waktu, semakin akut dan kita hanya bisa terpana.
saatnya kini, kita obati luka itu. kita bersihkan dengan embun pagi yang jujur dan menyejukan, balut dengan kasa kesetiaan, dan kembali menyusun jalur menuju puncakpuncak tujuan.
mari menyusun peta bersamasama
Ajari aku mengobati (lagi) perih ini!!!
selamat menunaikan ibadah mendaki gunung
Posting Komentar