saya tahu dia telah pergi diam-diam, mungkin dengan mengendap-endap saat malam mulai menjelang, atau mungkin ketika subuh baru saja hinggap. dia meninggalkan saya, seperti juga mereka yang pergi begitu saja, tanpa pesan. kepergiannya yang mendadak seperti juga kedatangannya yang serba tiba-tiba.
dulu, saat saya dan dia berbicara banyak hal, saya tahu, saat seperti ini akan tiba juga. saat dimana satu harus meninggalkan yang lain. dan sekali lagi, saya merasa ditinggalkan. kami berjabat sebagai kawan. dia berada jauh di belahan dunia yang saya tak pernah mengenalnya, dan dia, tentu saja paham betul tempat di mana saya tinggal. sungguh sebuah hubungan yang timpang sesungguhnya, sebab dia bisa kapan saja datang ke kota saya, sedangkan saya, mustahil bisa datang ke kotanya. tapi itu tidak menjadi penting sekarang. karena kepergiannya telah berarti bahwa dia tidak ingin mengenal saya lagi.
saya kehilangan kabar tentangnya. email saya tak berbalas. dan saya mengerti bahwa dia sudah tidak mungkin lagi saya hubungi. dia sudah punya dunianya sendiri, dan saya tak bisa lagi menembusnya. saya hanya bisa berharap, suatu saat saya bisa kembali bertemu dengannya pada sebuah persimpangan yang lain, dan dia masih mengenali saya sebagai kawan. kalaupun tidak, saya cukup bahagia dengan menatapnya dari jauh. dari jarak yang tak tersentuh.
dulu, saat saya dan dia berbicara banyak hal, saya tahu, saat seperti ini akan tiba juga. saat dimana satu harus meninggalkan yang lain. dan sekali lagi, saya merasa ditinggalkan. kami berjabat sebagai kawan. dia berada jauh di belahan dunia yang saya tak pernah mengenalnya, dan dia, tentu saja paham betul tempat di mana saya tinggal. sungguh sebuah hubungan yang timpang sesungguhnya, sebab dia bisa kapan saja datang ke kota saya, sedangkan saya, mustahil bisa datang ke kotanya. tapi itu tidak menjadi penting sekarang. karena kepergiannya telah berarti bahwa dia tidak ingin mengenal saya lagi.
saya kehilangan kabar tentangnya. email saya tak berbalas. dan saya mengerti bahwa dia sudah tidak mungkin lagi saya hubungi. dia sudah punya dunianya sendiri, dan saya tak bisa lagi menembusnya. saya hanya bisa berharap, suatu saat saya bisa kembali bertemu dengannya pada sebuah persimpangan yang lain, dan dia masih mengenali saya sebagai kawan. kalaupun tidak, saya cukup bahagia dengan menatapnya dari jauh. dari jarak yang tak tersentuh.
Kenaka, ini tulisan masih tentangmu.
2 komentar:
meninggalkan ditinggalkan lumrah dalam hidup. yg penting jgn lupa diri aja. gitu kan?
meninggalkan dan ditinggalkan gak papa yang penting jangan ketinggalan,hahaha
Posting Komentar