sebagai pelabuhan...
seringkali aku menjadi sangat rapuh setelah melepas sebuah keberangkatan. bagi sebuah pelabuhan, tentu ini tak masuk akal. bukankah dia hanya tahu bahwa ada kapal yang bersiap-siap mengangkat jangkar, bersiap memulai kembali pelayaran?
dulu memang sempat ada kapal yang berjanji melebur jangkarnya di sini. tapi kapal tetaplah kapal, dia berlayar diam-diam setelah tak ditemukannya rasa bahagia dari warna-warni kehidupan yang dicarinya.
sesungguhnya ini bukan hanya persoalan dia kembali berlayar atau tidak. namun janjinya untuk melebur jangkar telah menumbuhkan benih-benih harapan yang lama tak kupedulikan.
begitulah, kapal-kapal terus berlayar, sedang pelabuhan menggigil kedinginan. sesekali ada kapal yang singgah memang. tapi tak begitu lama kapal itu akan kembali berangkat, menyisakan goresan tegas di bibir pantai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
negeri di atas awan itu, katon! dulu, saya tak percaya ada negeri di atas awan, meski berulang kali saya mendengarkan lagu milik katon bagas...
-
putih bolong beginilah ketika alam mencoba berteriak dan melawan. sesuatu tiba-tiba menjelma batu. air, pepohonan, tanah dan dedaunan tak la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar