Desember 06, 2006

sebagai pelabuhan...

seringkali aku menjadi sangat rapuh setelah melepas sebuah keberangkatan. bagi sebuah pelabuhan, tentu ini tak masuk akal. bukankah dia hanya tahu bahwa ada kapal yang bersiap-siap mengangkat jangkar, bersiap memulai kembali pelayaran?

dulu memang sempat ada kapal yang berjanji melebur jangkarnya di sini. tapi kapal tetaplah kapal, dia berlayar diam-diam setelah tak ditemukannya rasa bahagia dari warna-warni kehidupan yang dicarinya.

sesungguhnya ini bukan hanya persoalan dia kembali berlayar atau tidak. namun janjinya untuk melebur jangkar telah menumbuhkan benih-benih harapan yang lama tak kupedulikan.

begitulah, kapal-kapal terus berlayar, sedang pelabuhan menggigil kedinginan. sesekali ada kapal yang singgah memang. tapi tak begitu lama kapal itu akan kembali berangkat, menyisakan goresan tegas di bibir pantai.

Tidak ada komentar:

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...