bandung kembali basah. air tercurah dengan indah dari langitnya yang berwarna kelabu. udara sebelumnya memang membuat gerah, apalagi dengan baju favorit yang kupakai menjelajahi jalanan, apalagi kalo bukan hitam-hitam. warna yang punya banyak makna, sekaligus tak bermakna apapun.
seorang temanku pernah bilang, menulis adalah pilihan. temanku yang lain malah lebih ekstrim lagi, menulis adalah agama. ibadah ritual baginya adalah berjam-jam di depan monitor, dengan jari-jari menekan-nekan keyboard. menulis. hanya sekedar menulis. tak perlu tema untuk menulis bukan? jangan dulu bermimpi untuk bisa menulis banyak hal tentang banyak orang, menulislah sehari satu jam saja tentang apa pun, tentang siapa pun, sebab kelak kalau kau bersetia dengan agamamu itu, aku yakin kau akan mampu menulis seharian.
kini, aku menulis. meski menulis bukan pilihan sekaligus bukan agamaku. aku bukan juga orang yang merasa ada dengan menulis, sebab aku menulis karena aku ingin menulis. itu saja!
hujan di angkot itu ternyata indah sodara-sodara!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...
-
Cikurai Suatu Ketika 04-06 Juli 2008 Di antara kami belum pernah ada yang sebelumnya ke Cikurai. Gunung yang terletak di kota Garut ini nyat...
-
jejak kita akan tercatat dalam sejarah perjalanan. pada setiap persimpangan jalan akan senantiasa ada yang tertinggal. walau hanya sekadar c...
-
perempuan macam apakah saya? pagi tadi, seperti biasa, saya berangkat ke kampus dengan memakai sandal jepit hitam, celana jeans hitam, dan j...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar