Juni 20, 2015

Ramadhan dan Blog

Bagi saya, menulis blog itu seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Diri saya yang lain. Diri saya yang tak muncul saat saya bahagia atau bersedih. Diri saya yang seringkali menjadi teman, atau lawan, saat saya ingin berbicara banyak hal. Banyak persoalan. Blog pertama saya buat di tahun 2002. Sungguh, angka itu tidak menunjukkan apa-apa. Selain bahwa saya sudah lama sekali selalu berbicara dengan diri sendiri.

Saat bulan Ramadhan, saya punya kebiasaan menulis di blog yang berbeda. Bukan di alamat blog yang biasa. Saya membayangkan bahwa blog sebagai rumah. Saya memiliki ruang ini untuk berbicara ini, lalu ruang itu untuk berbicara itu. Dan, ramadhan, punya ruang khusus dalam blog yang saya buat. Saat ramadhan itulah, saya selalu mencoba menyempatkan diri, menulis satu tulisan dalam sehari. Inginnya sih menulis puisi, tapi seringkali yang jadi hanyalah racauan tidak jelas.

Dalam sebulan itulah, saya menguji diri untuk disiplin menulis. Pernah berhasil. Seringkali gagal. Seringkali rajin di awal, lalu alpa di penghujung ramadhan. Dulu, ketika orang harus penuh perjuangan untuk bisa menulis di blog, bayangkan saja, bahwa warnet masih hitungan jari, lalu handphone tak secanggih sekarang, dan kalaupun ada modem, jalannya masih seperti kura-kura, saya harus menulis rutin, sungguh ujian yang sangat berat. Saat berhasil itu, kebahagiaan saya tak terhingga. Namun saat tak berhasil, saya seringkali merasa puasa saya tak sempurna.

Ramadhan kali ini, saya tiba-tiba teringat, bahwa saya sudah lama meninggalkan kebiasaan menulis di blog selama puasa. Sejak menikah, saya tak lagi menulis di blog itu. Itu artinya, saya melewati lima kali ramadhan.

Sekarang, ketika menulis di blog sudah bisa dilakukan dengan mudah, dan dunia blog sudah begitu hiruk, sosial media selain blog pun sudah menjadi bagian yang tak terlepaskan dari sebagian banyak orang, saya tiba-tiba ingin menulis lagi di blog ini. Menulis apa saja. Seperti dulu. Seperti dulu saat saya seringkali berbicara dengan diri sendiri. Tak peduli ada orang yang membacanya atau tidak.

Jadilah saya menulis lagi. Di blog ini. Blog yang saya tinggalkan saat saya masih sendiri. Dan kini, saya datangi, saat saya sudah memiliki seseorang untuk berbagi, dan dua anak yang selalu berhasil membuat saya tersenyum dan bahkan tertawa.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...