Februari 28, 2007

menjelang pulang

duduk pada kursikursi tua ini
aku merasa kita kembali ke tempo lalu
memandang gerimis di luar
aku merasa tak mungkin sanggup lagi melawan ingatan

puntung rokok itu telah sekian puluh jumlahnya dalam asbak
gelas kopi milikmu, Yusuf
cangkir teh panas milikmu, Fahmi
pisin es krim milikmu, Mifta
dan gelas es teh milikku telah kosong sejak tadi
tapi kita sepertinya enggan beranjak juga
tak ada yang bicara keberangkatan di sini
meski kita samasama tahu, akan ada yang pulang malam ini

sebagai seorang pejalan, aku masih harus memikul ransel
memutar jalan menuju satu-satunya arah
tempat segala kepergian diawali

kita, terutama aku, lebih memilih tak bicara apaapa
menghayati sejarah dari rangkai cerita yang kubangun
dari airmata juga darah

djendelo, 20 februari 2007
17:10

Februari 08, 2007



hujan yang jatuh menderas di halaman rumahmu, membuatku merasa, sunyi seringkali datang bukan pada saat kita sendirian. tapi dia akan mengunjungi siapa saja yang merasa asing dan gamang. dan begitulah aku sekarang.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...