Januari 29, 2007

mungkinkah ini bau kematian itu?

inikah bau kematian itu? aku tak mengira bisa sampai ke pintunya, meski tak jadi mengetuk. aku tak mengira, betapa kematian begitu sengit dan berbau sakit. sakit yang tak pernah bisa terdefinisikan. sungguh aku tak mengira.

Januari 01, 2007

Catatan Awal Tahun

Segalanya berlalu begitu saja. Tak ada tiupan terompet. Tak ada teriakan kebahagiaan. Tak ada kembang api. Aku melewati pergantian tahun ini sendirian. Di kamar ini. Bach, Beethoven, dan Mozart mengalun bergantian pada winamp, menemaniku memutar kembali seluruh ingatan. Lelaki itu muncul lagi dalam kepalaku. Ya, tentu kamu tak asing lagi dengan dia. Dia yang telah memutuskan untuk berangkat mengejar sesuatu yang bernama kebahagiaan. Dia tak mengajakku mengejar kebahagiaan itu berdua. Sebab dia sudah punya teman untuk itu. Tak baik baginya jika aku terus saja menguntit di belakang mereka. Sedang dia tak lagi menginginkan aku berada di sampingnya.

Aku tak mengerti, selalu saja, tangisku meledak saat aku kembali mengingat bagaimana dia mengatakan bahwa dia tak lagi membutuhkan aku. Aku dihardiknya pergi. Dengan kalimat yang masih juga aku ingat betul: Sebaiknya aku tegas saja, lebih baik kita ambil jalan masing-masing. Ini demi kebaikan hidupmu, kebaikan hidupku.

Kalimat itu memang baik untuk hidupnya. Tapi tentu saja tidak bagi hidupku. Kamu tentu paham, berkali-kali aku mencoba menjalani hidup seakan-akan tidak terjadi apa-apa, ingatanku malah sebaliknya. Dia seringkali berontak. Ingatan-ingatan itu muncul begitu saja, tanpa pernah berhasil aku membendungnya. Usahaku melawan ingatan begitu sia-sia. Saat itulah aku merasakan kesakitan yang bertubi-tubi. Dan aku tak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

Tahun memang sudah berganti. Tapi tak ada yang berubah dalam hidupku. Kemarin dan hari ini sama saja. Esok? Aku tak berharap banyak pada hari esok. Dia adalah bagian dari sejarah. Meskipun aku bisa melewatinya dengan baik, tak ada yang tahu, apakah esok, ingatan-ingatan itu tak akan pernah datang lagi.

Beberapa waktu lalu, harapan itu seringkali menemaniku melewati pergantian tahun. Harapan bahwa tahun mendatang akan membawaku kepadanya. Membawaku mewujudkan mimpi bersama. Membangun surga kecil bagi diri kami sendiri. Kami tak akan peduli pada orang-orang di luar sana, yang akan meneriaki kami sebagai orang gila, karena terlalu bahagia.

Ingatan-ingatan itulah yang saat ini menemaniku melewati pergantian tahun. Tak ada lagi mimpi bersama. Tak ada. Hanya aku sendiri. Di dalam kamar. Mendengarkan alunan Symphony No.3 'Eroica', Opus 55 dari Beethoven. Menyandarkan punggung pada kursi, sambil mencoba sekuat tenaga, menghalau ingatan-ingatan tersebut agar tak lagi membuatku jatuh dan menangis.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...