September 26, 2005

tuhan,
ruang ini begitu sunyi
dan aku semakin sepi di sini.
dia mungkin sudah lupa.
bahkan Kau?

September 03, 2005

Surat Terbuka untuk Kekasih

Kekasihku...
Duka dan kebahagiaan berkabar layaknya dua sisi mata uang. Begitu cepat berbalik, begitu cepat berubah. Dan aku, berada di antara keduanya. Nasib juga hidup menyeretku pada peristiwa demi peristiwa. Sesuatu yang kelak dinamakan sejarah. Tapi layakkah manusia macam aku menulis sejarahnya sendiri? Saat dunia hanya bisa tertawa atas apa yang aku lakukan? Aku ditertawakan. Dihina dan disingkirkan. Terasing dan Sepi.

Maaf, jika kalimatku ini terlalu emosional untuk dibaca sebagai sebuah surat cinta. Tapi beginilah aku sekarang. Layaknya seekor rusa yang tertembak pemburu, aku terkapar tak berdaya. Hanya bisa meracau dan berteriak-teriak marah, tanpa bisa melawan apa-apa.

Kekasihku,
Aku letih untuk sesuatu bernama perjalanan.

Salam,
Kekasihmu.

Hutan untuk Masa Depan: Kisah Inspiratif A'ak Abdullah Al-Kudus

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya bulan Maret 2023, kawasan hutan Lindung Ranca Upas rusak, hamparan bunga rawa tak bersisa. Kerusakan ka...